Jumat, 31 Desember 2010

Duka di Penghujung Tahun 2010

Hari ini 31 Desember, hari terakhir di tahun 2010.
Semua orang bersuka cita merayakannya, sudut-sudut kota yang biasanya sepi kini ramai dengan masyarakat yang ingin berpesta atau sekedar melihat kembang api dan meniup terompet bersama keluarga. Tapi aku memilih berdiam diri di kamar, seperti tahun-tahun sebelumnya. Menonton tv sambil menunggu pergantian hari. Dua tahun lalu aq menonton Harry Potter, tahun berikutnya Spiderman 3, dan tahun ini stasiun TV yang sama menayangkan Pirate and The Carrebian 3. hanya saja sepertinya aku urung menontonnya.

Malam ini, aku sejenak ingin mengenang tahun 2010. Tahun yang cukup berat ku jalani, khususnya di bulan desember, bulan terakhir di tahun ini.

Bagaimana tidak, karna pada bulan inilah aku kehilangan salah satu sosok yang cukup berperan penting dalam perjalanan hidupku, beliau adalah Bapak H. Munasri Hadi Saputro, eyang kakungku.Tepatnya pada tanggal 5 Desember sekitar pukul 3.50 WIB eyang kakung menghembuskan nafas terakhirnya. Beliau meninggal di Tuban, pada sebuah kecelakaan mobil.
Ya, kecelakaan mobil.

Semua orang pasti mengira kepergian eyang kakung adalah dikarenakan sakit yang ia derita, seperti yang telah aku ceritakan sebelumnya. Tapi ternyata Allah mengambilnya dengan cara yang berbeda.

Rasanya sama sekali seperti mimpi, seperti menonton sinetron di televisi, ketika kami mendengar kabar kecelakaan itu, kami langsung menyusul ke TKP, tapi bahkan belum sampai keluar dari Kudus, kami mendapat kabar bahwa eyang kakung telah tiada.

Lemas luruh seluruh jiwa dan ragaku mendengarnya. Rasanya benar-benar ingin marah dan teriak sekencang-kencangnya, mengapa dengan cara ini Allah memanggil beliau. Saat memandang jenazah beliau yang telah beku dalam balutan kain kafan, rasanya ingin sekali membangunkan beliau. Membangunkannya dari tidur yang sangat lelap. Tapi tak ada nafas dan dengkur berirama disana, alih-alih membuka mata. Eyang masih saja diam dan beku.

Satu hari, satu minggu, dua minggu, hampir satu bulan berlalu sejak kepergian eyang kakung. Rasanya masih seperti mimpi, rasanya masih tidak percaya bahwa eyang kakung kini telah tiada. Dalam sebagian pikiranku masih terpatri bahwa eyang kakung masih ada di rumah, menonton tv seperti biasanya, dan ketika aku pulang nanti, aku akan dengan mudah menemuinya di ruang tengah. Memeluknya, sambil bertanya : "eyang sehat?" atau jika tidak kutemukan beliau disana, maka pasti eyang kakung sedang tidur di kamarnya.

Tapi beliau tidak ada disana, dan tak kan pernah lagi ada disana. Aku harus bisa menerima kenyataan bahwa tak ada lagi suara dan nasehat beliau, tak ada lagi pelukan hangat beliau, meski rasanya masih teringat dengan jelas raut wajah eyang kakung yang menangis sedih ketika memelukku, saat mengantarku kembali ke kos. dan ternyata pelukan itu adalah pelukan terakhir, persis di dalam mobil, kursi dan posisi yang sama ketika kecelakaan itu terjadi.

Aku akan sangat merindukan eyang kakung.

Rasanya tak habis-habis airmata ini tertumpah setiap mengenang beliau. Bagi orang lain mungkin aku terlalu berlebihan, tapi seandainya mereka tahu bagaimanakah sesosok eyang kakung bagi kami, mungkin mereka akan berpikir lain.

Eyang kakung adalah sosok yang sabar dan bersemangat. Beliau suka olahraga. Bagaimana tidak, beliau adalah guru olahraga. Bahkan dalam usia kepala 5 pun beliau masih sering di minta untuk menjadi pembawa acara pertandingan sepakbola Persiku di GOR Kudus. Beliau adalah suami, ayah, mertua dan kakek yang sangat sayang kepada keluarga. Sering ketika beliau mendapat sedikit rejeki tambahan, kami para cucu-cucunya diajak pergi jajan di luar. Apakah sekedar lentog tanjung, lontong tahu, soto, es dawet dan lain-lain. Eyang ibu pun sering bercerita, meskipun hidup berkekurangan eyang kakung selalu berusaha agar anak-anaknya bisa sekolah tinggi, memakain seragam yang pantas, tidak boleh kusam sedikitpun, meskipun harus berhutang kesana-kesini.

Beliau sering mengajakku dan kakakku pergi kemana-mana. Meskipun sekedar berkeliling desa dengan sepeda atau dengan vespa kebanggaanya. Eyang bukan orang yang neko-neko, beliau adalah orang yang sederhana, ramah, dan jarang sekali marah. Beliau sering bercerita, tentang masa mudanya, tentang pengalamannya, tentang anak-anaknya, segala hal yang bisa kujadikan pelajaran di hidupku. Beliau selalu mengingatkanku untuk tidak mencontoh dirinya, namun contohlah orang lain yang lebih baik untuk dijadikan panutan. Padahal beliaulah yang turut andil memberiku banyak pelajaran di hidup ini.

Eyang kakung is a family oriented person. Sampai di ujung usianya pun beliau masih melindungi keluarganya. Seandainya saja saat itu bukan eyang kakung yang duduk di depan, bisa saja tante atau eyang ibu atau siapa yang pergi. Tapi eyang kakung lah yang ada di posisi itu, duduk disana dengan pasrah tanpa punya daya untuk menahan hantaman di kepalanya karna penyakitnya yang melumpuhkan sebagaian otaknya. Dan eyang kakunglah yang pergi, selamanya, ke alam dan dimensi lain. Kami tidak menyalahkan siapa-siapa, karena ini bukan salah siapa-siapa. Ini adalah suratan, ini adalah Takdir Tuhan. Kami menerimanya dengan lapang dada.

Meski berat, meski sedih, tapi inilah kenyataan. Namun, meski raganya telah hilang ditelan bumi, tapi bagi kami, eyang kakung akan selalu ada dan bersemayam di hati. Dan cinta kami kepada beliau tidak akan pernah habis terhapus oleh waktu.
Selalu dan untuk selamanya.
We Will Always Love You Grand Pa...

your grand daughter
"Fa"

Rabu, 17 November 2010

Grand Pa

Rasanya aku ingin sekali menulis sesuatu, dengan kata-kata indah, suatu karangan yang panjang, dengan bahasa yang santun, tetapi tetap jenaka, yang menggambarkan sesosok Eyang Kakung di mataku. Ingin sekali ku selipkan di dalamnya rasa sayang, rasa cinta, dan rasa hormatku yang tak pernah habis untuknya. Bahwa dari dulu hingga sekarang, beliau adalah kakek nomor 1 di dunia ini, yang tak ada habisnya aku bangga-banggakan. Tapi rasanya tak ada kata-kata yang sanggup kurangkaikan. Karena semuanya telah luruh bersama air mata yang mengalir tak henti-henti, meski ku usap berkali-kali. Ingin rasanya ku kerahkan semua tenaga yang ada untuk membantunya keluar dari penjara kanak-kanak yang membelenggu pikiran tuanya. Agar ia dapat kembali menjadi ia yang selama ini aku tahu. Tapi aku tak punya daya juga kuasa. Aku hanya bisa berdiri masih di tempat yang sama dan berdoa bagi kesembuhannya.

Get Well Soon Grand Pa..
No matter how long it is, no matter how hard it would be...
-Happy Ied Adha 1431 H-

Sabtu, 23 Oktober 2010

Kalau Jodoh Tak Kan Lari Kemana

Jangan salahkan waktu, waktu itu mengalir seperti air, tak mungkin kembali lagi. Kita sebagai ikannya yang harusnya mewarnai (Fridiary,2010)


Malam minggu ini seharusnya berjalan seperti biasa buat saya, mengkhianati tugas dan selingkuh dengan internet. Bolak-balik merefresh beranda dan profil pada facebook, atau timeline dan replies pada twitter berharap ada post atau mention baru. Meskipun yang ada kebanyakan adalah postingan dari para pacarwan dan pacarwati sepulang malming. Sungguh membuat saya semakin galau. >.< Tapi yang membuat beda malam ini adalah teman saya, si Berlin Dewan Fridiary,


yang katanya sedang mendapat inspirasi, entah inspirasi atau sudah menderita kegalauan akut karna kejombloannya, menulis notes di facebook dengan judul : KISAH CINTA TRAGIS DI PERIKANAN. dan isinya memang tragis, khusus bagi para fakir asmara.

http://www.facebook.com/notes/berlin-fridiary/kisah-cinta-tragis-di-perikanan/442987160739

Mungkin memang hanya orang-orang perikanan yang bakal ngerti maksudnya. Tapi bagaimanapun cara Berlin menggambarkan kisah cinta itu, intinya adalah..............


LAMA-LAMA JOMBLO ITU ENGGAK ENAK!
#teriakhisteris
terutama jika, sahabat-sahabat dekat kamu punya pacar. Itulah yang membuat kejombloan kamu terasa semakin menusuk hati. >.< Tapi disini, Berlin juga menyampaikan bahwa waktu akan berjalan terus, sekuat apapun kita melawannya, kita tidak akan mampu. Maka yang harus kita lakukan adalah mengikuti bagaimana waktu berjalan, lalu dalam waktu itu kita akan berkarya membuat keindahan-keindahan tercipta dalam hidup kita. Soal cinta, itu semua hanya soal waktu, suatu saat nanti pasti kita akan menemukan yang benar-benar cocok di hati. Meskipun terkadang muncul rasa iri dan tidak nyaman dengan kesendirian ini, jangan putus asa, masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi hari-hari kita dengan keceriaan, dan masih banyak kawan yang bisa kita ajak bersenang-senang (baca : yang jomblo masih banyak kok) Tuhan telah menentukan jodoh terbaik untuk kita. Do you belive it? I do... :)

Menulis dengan Jujur

Menulis adalah kejujuran. Mungkin kata-kata itu yang harus saya tanam dalam-dalam di pikiran. Karena selama ini justru yang ada saya bermain dengan kata-kata untuk menutupi atau menyamarkan sesuatu yang saya tak ingin orang lain ketahui. Padahal seharusnya kata-kata digunakan untuk menyampaikan sesuatu, bukan untuk menutupi sesuatu. Itulah yang disebut dengan menulis dengan jujur.

maka mulai sekarang saya akan mulai menulis dengan jujur ,
dan diawali dengan kata :

Maaf

Jumat, 01 Oktober 2010

My First Post since 20

Setelah hampir 3 bulan vakum menulis di blog, akhirnya pada hari pertama di bulan oktober ini saya mulai menulis kembali.
Banyak hal yang terjadi selama bulan agustus, september, hingga oktober ini.
Salah satunya adalah Ulang Tahun saya yang ke-20.
Yap, terhitung sejak tanggal 17 Agustus lalu usia saya sudah berkepala dua. Jangan tanya bagaimana rasanya, yang jelas saya jadi sedikit merasa tua. hha...

Bertambah usia, bertambah pula tanggung jawab yang harus saya pikul, bertambah masalah yang harus saya hadapi dan semakin banyak karakter orang yang sebelumnya saya tidak menyangka itu ada. Mungkin dulu saya adalah seorang gadis periang yang bisa bermain kesana kemari sesuka hati, berkawan dengan siapapun yang saya mau, dan juga tidak peduli dengan bagaimanapun kondisi di sekitar saya. Tapi sekarang gadis itu sudah tumbuh menjadi seorang wanita dengan tanggung jawab yang harus ia pikul di bahunya, dengan seabrek masalah yang harus ia selesaikan, dan segala tantangan yang harus ia hadapi. Pertanyaannya sekarang adalah, mampukah ia?

Dengan emosi yang masih tinggi, perasaan yang masih labil, dan pegangan yang samar mulai menjauh, semua ini tidak akan mudah. Tapi saya percaya, saya pasti bisa. Karna saya telah dididik menjadi manusia yang tangguh, menjadi wanita mandiri, dengan perasaan sosial yang tinggi. Dikelilingi dengan keluarga dan sahabat yang tidak letih untuk mengingatkan, menyemangati, dan mendoakan. Tapi yang lebih utama adalah karna saya punya Tuhan, satu-satunya Dzat Maha Agung dan Maha Kuasa, serta Maha Pemberi Petunjuk. Saya hanya butuh berlatih dan meningkatkan kualitas diri, sehingga ketika dihadapkan pada tantangan dan masalah yang lebih besar nantinya, saya bisa menghadapinya dengan baik.

Di usia yang ke-20 ini, saya berharap semua cita-cita dan impian saya dapat terwujud. Meskipun saya tahu bahwa jalan hidup ini masih menjadi rahasia Tuhan, saya tidak lelah untuk berharap dan berdoa bagi kehidupan yang bahagia di dunia dan setelahnya. Aminn...

Sabtu, 14 Agustus 2010

Seandainya saja jika

Aku benci menggunakan kata-kata "seandainya saja jika" karena isinya yang ada hanya berupa penyesalan-penyesalan tak berarti. Aku benci menggunakan kata "seandainya saja jika" karena membuatku merutuki kesalahan dan kebodohan yang aku perbuat sebelumnya. Aku benci menggunakan kata "seandainya saja jika" karena membuatku putus asa dan kehilangan semangat. Aku benci menyesali yang telah terjadi, aku benci menyesali kebodohanku sendiri, aku benci untuk berkata "seandainya saja jika..."

Selasa, 03 Agustus 2010

Minggu, 01 Agustus 2010

Welcome August

Saya selalu bersemangat menyambut bulan Agustus. Bukan karena di bulan ini saya di lahirkan, tapi lebih karena semarak yang muncul di bulan Agustus ini. Ya, semangat kemerdekaan republik Indonesia. Karena di bulan Agustus inilah, jalan-jalan di kota maupun di desa ramai dihiasi dengan umbul-umbul, bendera merah putih, lampu hias berwarna-warni, serta tulisan-tulisan yang menyuarakan dirgahayu Indonesia. Jalan di beberapa desa pun di cat putih di tepi kanan dan kiri, atau sekedar marka sederhana di tengah jalan. Berbagai instansi, mulai dari pendidikan hingga pemerintah, negeri maupun swasta, mulai menyiapkan lomba-lomba baik intern maupun extern. Baik lomba-lomba keterampilan seperti lomba puisi, pidato, menyanyi, teater, gerak jalan, baris berbaris, maupun lomba-lomba yang mengedepankan sisi kebersamaan dan keceriaannya seperti lomba tarik tambang, memasukkan pensil ke dalam botol, balap karung, makan kerupuk, membawa kelereng dengan sendok, hingga panjat pinang. Saya jadi teringat saat saya mengikuti lomba membawa kelereng dengan sendok di kantor ayah saya di Tanah Grogot, Kalimantan Timur. Ketika sudah di tengah jalan tiba-tiba kelereng saya jatuh, lalu segera saya ambil dan saya hanya mematung disana tidak berani melanjutkan. Sedangkan mama saya di pinggir lapangan sibuk berteriak, "maju dek.. terus saja." tapi saya terlalu ragu dan takut sehingga akhirnya saya pun kalah. Saya yakin tidak hanya saya yang punya pengalaman mengenai lomba-lomba tujuhbelasan. Kalian juga pasti punya, ya kan?

Jika bicara tentang perayaan kemerdekaan, jangan lupa dengan upacara kemerdekaan yang dilakukan 2 kali dalam sehari. Upacara pengibaran bendera merah putih dan upacara penurunan merah putih di sore harinya. Melihat pasukan pengibar bendera yang dengan gagah dan rapinya berbaris dan mengibarkan bendera di depan jutaan pasang mata penduduk Indonesia. Saya sering berkhayal betapa senang dan bangganya bila saya menjadi salah satu dari mereka. Namun mengingat fisik yang tidak terlalu tinggi, saya cukup puas untuk hanya menjadi penonton dan pengagum saja. Walaupun begitu saya cukup berbangga hati masih punya pengalaman baris berbaris dalam hidup saya. Saat kelas 2 SMP saya dan teman-teman saya di daulat untuk menjadi petugas upacara pembukaan dan penutupan Jambore Daerah Jawa Tengah di Kabupaten Kebumen. Pada saat itu saya mendapat tugas sebagai pengibar bendera jambore bersama beberapa teman dari SMP lain. Kami latihan setiap hari, di pendopo (Rumah dinas dan kantor bupati), setelah dirasa cukup mahir kami latihan langsung di bukit perkemahan. Kami berkumpul di pendopo dan latihan seperti biasa sambil menunggu kendaraan yang akan mengangkut kami kesana datang. Tiba-tiba kami dikejutkan dengan datangnya sebuah truk sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), kami kira truk tersebut akan mengambil sampah yang ada di pendopo. Tapi ternyata truk tersebutlah yang akan mengangkut kami ke tempat pelaksanaan Jambore. Dengan terpaksa kami naik truk tersebut, walaupun pada akhirnya kami terbiasa, toh kondisi truk tersebut tidak terlalu buruk. Sayang sekali saya melewatkan upacara penutupan jambore karena ada urusan keluarga, namun begitu saya sudah cukup senang.

Semarak agustus tahun ini dibarengi dengan datangnya bulan ramadhan. Bulan lain yang paling di nanti-nanti selama setahun, khususnya oleh umat Islam. Tak sabar rasanya ingin segera sahur dan buka puasa bersama, juga shalat tarawih berjamaah. Saya merindukan suara panggilan sahur di dini hari, sirine imsyak, penjaja makanan yang tiba-tiba menjamur di pinggir-pinggir jalan, bahkan suara petasan dan kembang api yang sering saya rutuki kebisingannya. Sudah dua kali bulan ramadhan saya lewati di kos. Saat pertama kali rasanya sedih sekali, karena tidak ada Mama atau eyang yang membangunkan saya untuk sahur. Tidak bisa membantu mama menyiapkan makan sahur. Tapi saya agak lebih beruntung karena anak ibu kos berjualan ketika sahur, sehingga saya tidak perlu repot-repot keluar untuk mencari makan. Entah bagaimana nanti jika saya pindah ke kos baru, semoga tidak susah mencari makan sahur. Suasana maghrib di bulan ramadhan nanti pastinya akan berbeda dengan maghrib pada bulan-bulan biasanya. Jalan-jalan lebih ramai dari biasanya pada saat ramadhan. khususnya di tempat-tempat menjajakan makanan berbuka maupun sekedar ta'jil untuk membatalkan. Senang rasanya akan menghirup aroma bulan ramadhan kembali. Terima kasih Tuhan atas nikmat ini.

Bulan agustus ini sepertinya akan menyenangkan. Ramadhan dan kemerdekaan datang bersamaan. Sama seperti 65 tahun silam, saat pertama kalinya Proklamasi dikumandangkan, bulan ramadhan pun jatuh di bulan agustus. Juga karena di bulan agustus tahun ini pula, tepat dua kali dasawarsa saya hidup. Semoga menjadi awal yang indah bagi kehidupan yang lebih baik lagi dengan pribadi yang lebih baik pula. Welcome August... Marhaban ya Ramadhan... Merdeka!! =)

Ibukota Jawa Tengah
Di Penghujung Hari Pertama di Bulan Ke Delapan Tahun 2010

Bisikan Hati untuk Mama

Mama,,
berikanlah aku sederet doa yang menguatkan
agar aku bisa berdiri dan bertahan
kemudian aku bisa berjalan maju dengan tegap dan mantap
menghadapi segala rintangan yang menghadang..
berikanlah aku sebongkah restu yang menenangkan
agar akan selalu ada sandaran ketika aku mulai kelelahan
kemudian aku bisa bangkit kembali
memilih dengan yakin, jalan yang menuntunku pada yang kau sebut bahagia..
berikanlah aku segenap kasih sayangmu
dari luasnya samudra hatimu
agar aku bisa beristirahat dengan nyaman
ketika mulai tersesat dan bingung menentukan jalan
pulang ke dalam hatimu yang damai

Jumat, 30 Juli 2010

Hidup adalah Perjuangan

Hidup adalah perjuangan. Jargon tersebut mungkin sudah sering kali kita dengar. Banyak yang menyetujui tapi tidak semua benar-benar memahami. Bahwa perjuangan itu tidaklah semudah seperti kita mengejanya. P.E.R.J.U.A.N.G.A.N. Perjuangan yang kita butuhkan dalam hidup ini agar kita bisa menang, atau paling tidak bisa bertahan adalah betul-betul perjuangan yang membutuhkan daya juang yang terdiri dari kerja keras, komitmen, keinginan yang kuat, dan mental yang tangguh. Pernahkah kalian membayangkan jika hidup adalah perjuangan, perjuangan membutuhkan kerja keras, komitmen, dan lain sebagainya, lalu kita tidak memiliki salah satu dari semua syarat tersebut, lalu bagaimanakah kita bisa hidup?

Tapi sebelumnya, apakah yang kita perjuangkan dalam hidup ini? Apakah kita hanya hidup seperti sebagaimana mestinya saja, mengikuti segala sesuatu yang ada di hadapan kita? Tidakkah kita memiliki cita-cita yang nantinya kan menjadi tujuan hidup kita? Cita-cita, harapan, dan keinginan. Seorang manusia pasti dilahirkan dengan memiliki ketiganya. Perbedaannya mungkin adalah bagaimana usaha yang ditempuh tiap-tiap manusia untuk meraih cita-citanya, bagaimana hambatan yang harus dihadapi, dan bahkan kekuatan mental manusia untuk tetap berusaha mengejar apa yang diinginkan atau menyerah atau juga mengalah. Dengan memiliki cita-cita, kita akan memiliki tujuan kemana arah yang akan kita kejar dan akan kita jumpai di akhir perjalanan keberhasilan kita nanti.

Pernahkah kalian semua memiliki cita-cita yang tinggi, lalu kalian merasa takut untuk berusaha menggapainya? Saya pernah, bahkan mungkin bisa dikatakan sering. Saya memiliki banyak cita-cita, saya memiliki banyak harapan, tapi saya takut semua itu hanya menjadi mimpi-mimpi kosong belaka, karena saya terlalu takut untuk memulainya. Mengapa saya takut untuk memulainya? karena saya takut untuk mencicipi kegagalan. Padahal saya tahu betul, bahwa Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan yang tidak mungkin dilalui oleh umatNya. Sehingga seharusnya saya juga tahu bahwa seberat dan seperih apapun kegagalan yang akan saya alami nantinya, pasti akan dapat saya lalui dengan baik. Namun perasaan takut itu terus menjalar dalam diri saya. Bahkan sampai saat ini, membuat saya takut untuk bergerak maju. Tapi saya sadar, bahwa saya tidak bisa selamanya terus seperti ini. Karena sementara saya masih sibuk membenahi diri dan menghimpun kekuatan, orang lain sudah mulai menapakkan langkah pertamanya. Lalu ketika saya memulai langkah pertama saya, orang lain telah mampu berjalan. Dan ketika saya pun telah mampu untuk berjalan, oran lain telah berlari meninggalkan saya jauh di belakang dengan sejuta penyesalan dan iri hati. Kedua hal yang tak akan dapat memutar waktu kembali bukan? Karena memang waktu tak akan pernah diputar kembali.

Dengan penyesalan dan iri hati itu mungkin kita dapat berintropeksi dan memperbaiki diri, memperbaiki segala kesalahan dan mencapai yang lebih baik dari sebelumnya. Namun karena waktu tak akan pernah bisa diputar kembali, apakah kita punya cukup waktu untuk itu? Bagaimana jika kita tidak punya cukup waktu untuk berkali-kali salah dan memperbaiki diri? Apakah mungkin jika solusi terbaiknya adalah berusaha memberikan yang terbaik? Karna dengan memberikan yang terbaik, kita dapat mengecilkan kemungkinan kesalahan yang terjadi, dan dapat mengefisienkan waktu yang kita miliki. Apabila ternyata masih ada cukup waktu tersisa bagi kita, kenapa tidak kita gunakan untuk mengejar impian dan cita-cita yang lain.

Saya pernah mendengar bahwa kesuksesan itu datang setelah berkali-kali kegagalan. Maka dapatkah saya simpulkan bahwa kegagalan itu pasti akan terjadi? Lalu mengapa saya dan kalian harus takut menghadapai sesuatu yang sudah pasti akan terjadi? Mungkin perasaan yang ada sama seperti kita pertama kali masuk sekolah baru. Ada perasaan takut yang menggelitik jauh dari lubuk hati kita, namun setelah kita jalani, kenyataan yang ada tidak seburuk bagaimana kelihatannya. Bahkan bisa lebih baik dari yang kita takutkan. Kesimpulan kedua, setelah berkali-kali kegagalan itu, pasti akan ada kesuksesan yang selama ini kita dambakan bukan? Mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan kita, tapi pasti akan ada kesukses bagi kita. Tergantung dari sisi mana kita melihat dan mencari positifnya.

Setelah semua ini, akankah kita terus stagnan seperti ini kawan? Tidakkah kita akan malu terus berdiri di tempat yang sama setelah waktu terlewat bertahun-tahun? Tidakkah kita mau untuk menjadi lebih baik, untuk menggapai semua yang kita cita-citakan, dan mencapai kata sukses? Manakah yang lebih berharga, ketakutan kita akan kegagalan atau cita-cita dan kesuksesan yang akan kita capai? Kita bisa, selama kita tidak takut mencoba. Mari berusaha...

be better for the best future
11.48 pm

Kamis, 29 Juli 2010

Nada

If love was a choir,, You and I could never sing,, Cause love isn't for me and you...
_Usher_

berikanku satu nada
yang akan menyempurnakan lagu kita
lalu mari nyanyikan dengan sepenuh jiwa
kawinkan dengan kata-kata indah
ku kutip dari puisi yang telah lama kucipta
mari nyanyikan dengan indah
dengan segenap perasaan
agar semua mendengar setiap nada
merasakan setiap ketukan
yang seiring dengan degup jantungku saat berada di sisimu
nyanyikanlah bersamaku
agar terungkap semua gejolak yang terjadi antara kita
nyanyikanlah untukku
semua lagu cinta
atau paling tidak berikanku satu nada
agar kau dan aku dapat bernyanyi bersama
karna cinta ini ada untuk kita



22.40 p.m
after Inception

Selasa, 27 Juli 2010

aku mungkin orang terbodoh di dunia
yang tak ada hentinya terus membuka halaman yang sama pada sebuah buku kenangan usang
dan membaca lekat-lekat namamu yang telah tak pernah terhapus di kepalaku
aku mungkin orang paling sinting di dunia
karna tak henti-hentinya menyanyikan lagu sendu yang sama
yang menyelipkan namamu di liriknya dan menyenandungkan nada yang sama merdunya dengan suaramu
atau aku mungkin orang yang paling memalukan di dunia
yang masih saja memandang status hubungan di jaringan sosial yang sama dari layar komputerku
berharap jika ku kerjapkan mata ini, maka tertulislah namaku disana
dan mungkin akulah orang terwaras di dunia
karena hanya karna cinta ini, aku masih bisa bertahan disini
menunggumu untuk kembali...

inspired by a friend,
wish you'll find the best one for you...

27072010 - 02.02 a.m.

Senin, 19 Juli 2010

jika cinta itu indah

maka sisakan untukku


jika cinta itu menyenangkan

maka kenalkan padaku


jika cinta itu tulus

maka ajarkan padaku


jika cinta itu abadi

maka ciptakan untukku

Kamis, 27 Mei 2010

Tanganku adalah Kakiku

Hari ini, 27 Mei 2010, lewat kotak hitam 14inch aku melihat kebesaran Tuhan yang seharusnya membuat kita malu. Di salah satu stasiun televisi swasta itu diceritakan kisah seorang manusia yang begitu tegar dan sabar menjalani hidupnya tanpa kaki yang sempurna. Saat berumur 6 bulan ia mengalami panas tinggi, yang kemudian oleh bidan di desanya ia disuntikkan sesuatu yang entah apa, dan kemudian sejak saat itu kakinya tidak bisa lagi digerakkan sempurna. Kakinya tumbuh lebih lambat dari badannya, dan tidak sanggup menopang berat badannya, apalagi jika harus dipakai berjalan. Maka ia menggunakan tangannya untuk menggantikan tugas kakinya.

Tangannya begitu kuat dan kekar. Setiap hari ia berjalan menggunakan tangannya untuk berjalan. Dengan dibantu sepasang sandal untuk melindungi telapak tangannya dari benda-benda tajam di tanah. Dengan tangannya itu pula ia bekerja untuk mendapatkan beberapa jumlah uang, tanpa ada sama sekali niat untuk berpangku tangan dan meminta-minta belas kasihan orang lain. Ia memang tinggal di rumah keluarga kakaknya. Namun itu tak membuat dirinya berleha-leha disana, ia giat bekerja serabutan untuk sedikit-sedikit membantu kakaknya. Mulai dari membantu tetangga memetik buah kelapa dari pohonnya, mencari batu di sungai untuk bahan bangunan, dan beternak ayam kecil-kecilan. Semua itu adalah pekerjaan-pekerjaan yang terdengar mustahil dikerjakan oleh seseorang yang hanya mengandalkan tangannya untuk melakukan segala hal termasuk berjalan. Tapi hal itu terbantahkan dengan apa yang dilakukan oleh pemuda ini. Dengan bantuan bambu, ia memanjat pohon kelapa dan memetik buahnya dengan hati-hati. Meskipun ia hanya berani memanjat pohon paling tinggi 5 meter, tapi butuh banyak keberanian dan ketangguhan untuk melakukannya meski oleh orang normal sekalipun. Dari pekerjaan itu, ia mendapat upah Rp 3.000 - Rp 5.000. Uang yang mungkin hanya cukup untuk makan satu kali. Tapi ia amat mensyukurinya.

Apabila tidak ada orang yang memerlukan jasanya memetik kelapa, ia akan mencari batu-batu di sungai untuk kemudian dijual untuk bahan bangunan. Di sungai ia mulai mengambil batu-batu dari dasar sungai dan melemparkannya ke tepi. Satu truk batu sungai dihargai Rp 15.000,00. Maka ia harus mengumpulkan batu sebanyak satu truk untuk mendapatkan uang sebesar itu. Tapi hingga tulisan ini dibuat, aku masih tidak bisa membayangkan bagaimana ia melakukan itu sendirian. Mengumpulkan batu sebanyak satu truk yang tentu saja jumlahnya tidak sedikit. Manusia normal pun belum tentu sanggup. Bahkan walaupun hanya sekedar melemparkan batu dari sungai ke tepi, sebanyak satu truk.

Tuhan itu Maha Adil. Meskipun Tuhan "mendisfungsikan" kakinya, tapi Tuhan memberikannya sepasang tangan yang sangat kuat untuk melakukan berbagai pekerjaan, termasuk berjalan. Tuhan telah menganugerahkan kepadanya sifat yang sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan ini. Meskipun banyak yang menghina keterbatasannya, namun dia tetap tegar dan menjalani segalanya dengan ikhlas.

Pasti kita bertanya-tanya apakah ia pernah mengeluh dengan keadaan dan kehidupan yang harus ia jalani sekarang. Sementara kita, yang baru diberi secuil cobaan saja sudah patah arang. Berapa persen dari kita yang lebih memilih mengakhiri hidup kita karena tidak kuat menghadapi masalah dan cobaan? Data statistik menyebutkan bahwa setiap jamnya ada dua orang manusia melakukan upaya bunuh diri.

Mungkin kita sering lupa bahwa, masih banyak orang-orang yang hidup lebih susah dari kita, masih banyak orang-orang yang diberi cobaan lebih berat daripada kita, dan kita juga sering lupa bahwa Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan yang tidak bisa dilalui oleh umatNya. Dari situlah kita akan mulai mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Padahal semakin kita mengeluh, semakin berat terasa beban dan cobaan yang ada di diri kita. Jika kita menjalaninya dengan ikhlas, pasti akan terasa lebih ringan.

Mungkin tulisan ini terdengar klise. Tapi coba perhatikan dan resapi, seberapa seringkah kita mengeluh. Seberapa seringkah kita lupa bersyukur pada keadaan kita sekarang. Cobalah kita belajar dari kisah itu, bahwa bagaimanapun juga Tuhan tahu bahwa kita mampu, dan karena kita mampu, kita harus bisa mengalahkan segala cobaan dan tantangan yang membuat kita menyerah. Jika kita tidak punya kaki, kita masih punya tangan. Jika kita tidak punya tangan, kita masih punya kaki. Jika kita tidak punya keduanya, kita masih punya mulut. Yakinlah jika kita tidak memiliki sesuatu, kita masih punya sesuatu yang lain, yang mungkin lebih hebat dan lebih kuat dari yang seharusnya. Jangan sampai kita mengeluh kawan, karena itu akan membuat segalanya lebih berat dan lebih susah untuk dihadapi. Yakinlah bahwa kita bisa. Jangan mengeluh.. Jangan Menyerah.. =)

kepada seorang yang telah menjadi inspirasi dari kisah ini..
jangan khawatir,Allah telah mentakdirkan jodoh yang indah untukmu..
teruslah berdoa.. betapa Allah sangat menyayangimu..
=)

Wake up...

Aku ingin kau menjadi dewasa,

Melihat dunia membentang disekitar kita

Aku ingin kau membuka mata

Bahwa dunia tak sesempit yang kau kira

Tak kan selamanya orang – orang akan menunggumu berjalan

Tak kan selamanya orang – orang setia menantimu tersadar

Tak kan selamanya orang – orang akan sabar menghadapimu

Tak kan selamanya orang – orang akan setia menemanimu

Aku ingin kau menjadi dewasa

Bangun dari mimpi masa kanak-kanakmu

Aku ingin kau menjadi dewasa

Sebelum dunia pergi meninggalkanmu

12.51 – July 19th ,2009

Cintailah cinta…

Mengapa harus bersedih

Jika kau memiliki cinta dari mereka

Mengapa harus menangis

Jika kau menerima kebahagiaan darinya

Mengapa harus menunggu hal yang tak pasti

Jika hal yang nyata tak berada jauh darimu

Mengapa harus mengemis cinta yang tak ada

Jika ada cinta yang tak pernah lelah menjagamu

11.46 – 3 JuLi 2009

relakan untukku...

Kau dan aku menginginkan sesuatu yang sama…

Kau dan aku menyukai sesuatu yang sama..

Sesuatu yang tak dapat kita bagi sama rata..

Sesuatu yang hanya bisa dimiliki oleh satu diantara kita…


Aku ingin kau mengalah

Kau ingin aku mengalah

Tapi aku tak mau menyerah

Kaupun tak mau begitu saja kalah


Sampai kapan kita harus begini

Memperebutkan sesuatu yang tak pasti

Namun sesuatu itu teramat kuingini

Dan tak akan rela ku bagi

Ingin ku miliki dengan sepenuh hati

Walau ku harus setengah terluka mengharap cintamu

Ingin kusayangi tanpa terbagi lagi

Apakah mungkin menjalin kasih

Bila aku tak tahu

Bagaimana

Kau mencintai diriku….

(Ruth Sahanaya)

10.13 a.m – 090609