Kamis, 27 Mei 2010

Tanganku adalah Kakiku

Hari ini, 27 Mei 2010, lewat kotak hitam 14inch aku melihat kebesaran Tuhan yang seharusnya membuat kita malu. Di salah satu stasiun televisi swasta itu diceritakan kisah seorang manusia yang begitu tegar dan sabar menjalani hidupnya tanpa kaki yang sempurna. Saat berumur 6 bulan ia mengalami panas tinggi, yang kemudian oleh bidan di desanya ia disuntikkan sesuatu yang entah apa, dan kemudian sejak saat itu kakinya tidak bisa lagi digerakkan sempurna. Kakinya tumbuh lebih lambat dari badannya, dan tidak sanggup menopang berat badannya, apalagi jika harus dipakai berjalan. Maka ia menggunakan tangannya untuk menggantikan tugas kakinya.

Tangannya begitu kuat dan kekar. Setiap hari ia berjalan menggunakan tangannya untuk berjalan. Dengan dibantu sepasang sandal untuk melindungi telapak tangannya dari benda-benda tajam di tanah. Dengan tangannya itu pula ia bekerja untuk mendapatkan beberapa jumlah uang, tanpa ada sama sekali niat untuk berpangku tangan dan meminta-minta belas kasihan orang lain. Ia memang tinggal di rumah keluarga kakaknya. Namun itu tak membuat dirinya berleha-leha disana, ia giat bekerja serabutan untuk sedikit-sedikit membantu kakaknya. Mulai dari membantu tetangga memetik buah kelapa dari pohonnya, mencari batu di sungai untuk bahan bangunan, dan beternak ayam kecil-kecilan. Semua itu adalah pekerjaan-pekerjaan yang terdengar mustahil dikerjakan oleh seseorang yang hanya mengandalkan tangannya untuk melakukan segala hal termasuk berjalan. Tapi hal itu terbantahkan dengan apa yang dilakukan oleh pemuda ini. Dengan bantuan bambu, ia memanjat pohon kelapa dan memetik buahnya dengan hati-hati. Meskipun ia hanya berani memanjat pohon paling tinggi 5 meter, tapi butuh banyak keberanian dan ketangguhan untuk melakukannya meski oleh orang normal sekalipun. Dari pekerjaan itu, ia mendapat upah Rp 3.000 - Rp 5.000. Uang yang mungkin hanya cukup untuk makan satu kali. Tapi ia amat mensyukurinya.

Apabila tidak ada orang yang memerlukan jasanya memetik kelapa, ia akan mencari batu-batu di sungai untuk kemudian dijual untuk bahan bangunan. Di sungai ia mulai mengambil batu-batu dari dasar sungai dan melemparkannya ke tepi. Satu truk batu sungai dihargai Rp 15.000,00. Maka ia harus mengumpulkan batu sebanyak satu truk untuk mendapatkan uang sebesar itu. Tapi hingga tulisan ini dibuat, aku masih tidak bisa membayangkan bagaimana ia melakukan itu sendirian. Mengumpulkan batu sebanyak satu truk yang tentu saja jumlahnya tidak sedikit. Manusia normal pun belum tentu sanggup. Bahkan walaupun hanya sekedar melemparkan batu dari sungai ke tepi, sebanyak satu truk.

Tuhan itu Maha Adil. Meskipun Tuhan "mendisfungsikan" kakinya, tapi Tuhan memberikannya sepasang tangan yang sangat kuat untuk melakukan berbagai pekerjaan, termasuk berjalan. Tuhan telah menganugerahkan kepadanya sifat yang sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan ini. Meskipun banyak yang menghina keterbatasannya, namun dia tetap tegar dan menjalani segalanya dengan ikhlas.

Pasti kita bertanya-tanya apakah ia pernah mengeluh dengan keadaan dan kehidupan yang harus ia jalani sekarang. Sementara kita, yang baru diberi secuil cobaan saja sudah patah arang. Berapa persen dari kita yang lebih memilih mengakhiri hidup kita karena tidak kuat menghadapi masalah dan cobaan? Data statistik menyebutkan bahwa setiap jamnya ada dua orang manusia melakukan upaya bunuh diri.

Mungkin kita sering lupa bahwa, masih banyak orang-orang yang hidup lebih susah dari kita, masih banyak orang-orang yang diberi cobaan lebih berat daripada kita, dan kita juga sering lupa bahwa Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan yang tidak bisa dilalui oleh umatNya. Dari situlah kita akan mulai mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Padahal semakin kita mengeluh, semakin berat terasa beban dan cobaan yang ada di diri kita. Jika kita menjalaninya dengan ikhlas, pasti akan terasa lebih ringan.

Mungkin tulisan ini terdengar klise. Tapi coba perhatikan dan resapi, seberapa seringkah kita mengeluh. Seberapa seringkah kita lupa bersyukur pada keadaan kita sekarang. Cobalah kita belajar dari kisah itu, bahwa bagaimanapun juga Tuhan tahu bahwa kita mampu, dan karena kita mampu, kita harus bisa mengalahkan segala cobaan dan tantangan yang membuat kita menyerah. Jika kita tidak punya kaki, kita masih punya tangan. Jika kita tidak punya tangan, kita masih punya kaki. Jika kita tidak punya keduanya, kita masih punya mulut. Yakinlah jika kita tidak memiliki sesuatu, kita masih punya sesuatu yang lain, yang mungkin lebih hebat dan lebih kuat dari yang seharusnya. Jangan sampai kita mengeluh kawan, karena itu akan membuat segalanya lebih berat dan lebih susah untuk dihadapi. Yakinlah bahwa kita bisa. Jangan mengeluh.. Jangan Menyerah.. =)

kepada seorang yang telah menjadi inspirasi dari kisah ini..
jangan khawatir,Allah telah mentakdirkan jodoh yang indah untukmu..
teruslah berdoa.. betapa Allah sangat menyayangimu..
=)

Wake up...

Aku ingin kau menjadi dewasa,

Melihat dunia membentang disekitar kita

Aku ingin kau membuka mata

Bahwa dunia tak sesempit yang kau kira

Tak kan selamanya orang – orang akan menunggumu berjalan

Tak kan selamanya orang – orang setia menantimu tersadar

Tak kan selamanya orang – orang akan sabar menghadapimu

Tak kan selamanya orang – orang akan setia menemanimu

Aku ingin kau menjadi dewasa

Bangun dari mimpi masa kanak-kanakmu

Aku ingin kau menjadi dewasa

Sebelum dunia pergi meninggalkanmu

12.51 – July 19th ,2009

Cintailah cinta…

Mengapa harus bersedih

Jika kau memiliki cinta dari mereka

Mengapa harus menangis

Jika kau menerima kebahagiaan darinya

Mengapa harus menunggu hal yang tak pasti

Jika hal yang nyata tak berada jauh darimu

Mengapa harus mengemis cinta yang tak ada

Jika ada cinta yang tak pernah lelah menjagamu

11.46 – 3 JuLi 2009

relakan untukku...

Kau dan aku menginginkan sesuatu yang sama…

Kau dan aku menyukai sesuatu yang sama..

Sesuatu yang tak dapat kita bagi sama rata..

Sesuatu yang hanya bisa dimiliki oleh satu diantara kita…


Aku ingin kau mengalah

Kau ingin aku mengalah

Tapi aku tak mau menyerah

Kaupun tak mau begitu saja kalah


Sampai kapan kita harus begini

Memperebutkan sesuatu yang tak pasti

Namun sesuatu itu teramat kuingini

Dan tak akan rela ku bagi

Ingin ku miliki dengan sepenuh hati

Walau ku harus setengah terluka mengharap cintamu

Ingin kusayangi tanpa terbagi lagi

Apakah mungkin menjalin kasih

Bila aku tak tahu

Bagaimana

Kau mencintai diriku….

(Ruth Sahanaya)

10.13 a.m – 090609

Minggu, 23 Mei 2010

ku namakan itu SENDIRI

saat engkau tak tahu harus bicara kepada siapa
saat engkau tak tahu harus mengadu kepada siapa
saat orang-orang yang kau butuhkan entah dimana berada
saat orang-orang yang kau harapkan entah peduli atau tidak
kau hanya bisa duduk terdiam di sudut kamarmu
mengingat semua kepedihan yang menyelimuti
meratapi semua kesedihan yang menghampiri
maka sadarlah..
itulah yang dinamakan sendiri....

Selasa, 11 Mei 2010

Lihatlah dari sudut pandang yang berbeda


Tanpa kita sadari,kita sering dibutakan oleh mata kita sendiri. Dengan hanya memberikan satu sudut pandangan, yang belum tentu dari sudut itulah kebenaran benar-benar terlihat. Kita acap kali bersikukuh bahwa pandangan kita itulah yang paling benar, hanya karena satu pandangan itulah yang kita tahu. Maka cobalah melihat dari sudut pandang lain, cobalah untuk berdiri di sisi yang berbeda, perhatikan sekitar, cermati baik-baik, dengarkan dengan seksama, bandingkan lalu putuskan mana yang terbaik. =)