Selasa, 08 November 2011

Memaknai Hari Raya Idul Adha

Agama Islam memiliki 2 hari raya. Selain hari raya idul fitri, juga terdapat hari raya idul adha. Pada saat hari raya idul adha, setelah melaksanakan sholat eid, maka dilaksanakan penyembelihan hewan kurban sepeti sapi, kambing, unta dan kerbau. Hewan kurban tersebut dibagi-bagikan ke kaum fakir miskin dan orang-orang yang tidak mampu. Selebihnya daging tersebut (biasanya) dibagi-bagikan ke keluarga dan tetangga terdekat.
Hal yang paling ditunggu-tunggu pada saat hari raya idul adha adalah tentu saja jatah daging ini. Apalagi untuk anak-anak kost yang kesehariannya makan tahu dan tempe, daging merupakan makanan mewah yang sangat jarang bisa dinikmati. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan "makan daging setahun sekali" ini, setelah pembagian daging, saat hari mulai beranjak siang, akan banyak tercium aroma daging dibakar dari tiap rumah. Biasanya daging tersebut di sate atau di gulai.

Ketika hari raya idul adha ini, silakan liat status-status di jejaring sosial, berita-berita di televisi, pasti hampir semua berisi tentang kurban. Mulai dari mengucapkan selamat, laporan mengenai sholat ied dan penyembelihan kurbannya, hingga kepuasan menikmati daging kurban tersebut.
Status-status tersebut, terutama tentang kepuasan menikmati daging kurban pun datang beragam. Mulai dari yang bersyukur, Alhamdulillah bisa makan daging, ada yang kekenyangan, ada yang merasa puas sekali, hingga ada yang muntah-muntah karna kekenyangan. (Sungguh yang terakhir itu tidak patut dicontoh)

Melihat hal itu, salah satu kawan saya : Agie Aditama, melalui akun facebooknya mengepost sebuah foto dengan catatan.

"Ngeliat status banyak temen yg menikmati idul adha dgn makan daging smpe puas, bhkan di beberapa status ad yg sampe 'muntah2', aku jd inget perjalanan 2 minggu yg lalu ke bandung. waktu itu sabtu malem, di Braga city walk Bandung. ujan cukup deres, dan abis beli sebotol minuman dingin, aku mutusin bt duduk di deretan kursi di depan Alfam*rt. Di sampingku ada 2 orang anak kecil, kira2 umurnya sekitar 10 th dan 5 th, gelandangan, tidur beralaskan kasur di pelataran depan toko. awalnya aku ga bgtu merhatiin,, karena anak kecil gelandangan bukan hal yg aneh di kota macam bandung atau jakarta. tp saat tiba2 aku denger suara tangis -dari anak yg kecil-, aku jd sedikit merhatiin mereka. dan saat it jg, si kakak ngomong, 'jgn nangis.. ntar teteh cariin duit buat beli makan ya..'. wooww, anak ini, ga kehilangan kasih sayang bt adeknya, bhkn di kondisi susah, dan bhkan tnp orang tua. menit2 berlalu waktu aku merhatiin mereka, dan aku mutusin bt ninggalin tempat itu stlah beli 2 bungkus roti -cm itu yg bisa aku bli- bt mereka, berharap mereka bisa menemukan kebahagiaan di dunia yg lain suatu saat. :D dan di hari idul adha ini, aku jd inget lg sm mereka -tepatnya orang-orang sperti mereka-, semoga kebahagiaan temen2 sekarang jg bisa dirasain mereka, dan semoga dunia bisa lebih adil -suatu saat-. Kalo pny rejeki dibagi2 y temen2 jgn dimakan sndiri smpe muntah2.."
— at Braga.
(http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2209902011887&set=a.1067400090053.2010534.1377597309&type=1&theater)


Saya langsung seketika takjub dan terharu. Kita ini sebagai manusia, ketika diberi kenikmatan yang berlimpah sebentar saja sudah langsung lupa dengan keadaan sekitar. Padahal apakah makna dari idul adha itu sendiri? Selain makna ketakwaan yakni pengorbanan untuk menyerahkan hal yang palig berharga kepada Allah swt, salah satu makna lain dari berkurban itu adalah berbagi. Orang yang mampu berbagi kepada orang yang tidak mampu, sehingga orang yang tidak mampu juga dapat merasakan kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang berada. Juga mengajarkan kita untuk memiliki rasa solidaritas tinggi dan peduli kepada sesama.

Selain itu makna ketiga dari idul adha adalah bahwa apa yang dikorbankan tersebut merupakan simbol dari sifat tamak dan kebinatangan yang ada dalam diri manusia seperti rakus, ambisius, suka menindas dan menyerang. Tapi apakah dengan menyembelih hewan tersebut untuk dikorbankan kita sudah dapat menjauhkan diri dari rasa tamak dan rakus? Kalau nyatanya setelah dibagi dagingnya lalu dimakan sampai kekenyangan, sampai muntah-muntah. Sedangkan di luar sana masih banyak orang yang benar-benar membutuhkan.

Idul adha tidak semestinya dilalui begitu saja tanpa mengerti dan memahami makna dari berkurban itu sendiri. Dan teman saya tersebut telah berhasil memaknai hari raya idul adha, dengan caranya sendiri. Meskipun ia tidak merayakan hari raya idul adha, karena memang tidak menganut ajaran Islam. Malu ya? Yang agamanya bukan islam saja mengerti, masa kita yang islam tidak paham-paham juga?

Semoga setelah ini semakin banyak orang yang mampu memaknai hari raya idul adha dengan sebenar-benarnya dan semakin banyak orang yang dapat mengambil manfaat dari kurban tersebut.


"Banyak orang yang kurang mampu yang menantikan uluran tangan dari orang yang mampu melalui hari kurban. Kurban merupakan salah satu cara kita untuk membantu mereka yang kurang mampu." (Tabloid News, LP3i Bandung)


sumber :
fb : Agie aditama
tabloidnews.politeknik-lp3i-bandung.ac.id

Rabu, 02 November 2011

Rindu itu Berbahaya

Jangan main-main dengan rindu
karna rindu bisa saja membunuhmu

Jangan main-main dengan rindu
apalagi jika ia dan sepi melebur menyatu

Rindu itu manis
jika berujung pada temu yang romantis
Rindu itu ceria
jika disuapi tawa dan canda pada peristiwa
tapi rindu itu bisa membawa luka
jika tak ada temu menyambut di akhir penantiannya
dan rindu bisa jadi sadis
jika dijawab dengan untaian duka, amarah dan tangis

maka rindu itu berbahaya
jika tak disambut dengan mesra oleh cinta

Bukit Agung, 18.05 PM