5 Desember 2010 - 5 Desember 2011
Tidak terasa sudah setahun semenjak peristiwa itu, peristiwa yang mengejutkan dan membuat aku dan keluargaku terpukul. Kepergian eyang kakung untuk selamanya. Di hari minggu, di tanggal ini, setahun yang lalu.
Aku masih ingat sekali, tahun lalu, hari sabtu tanggal 4 desember 2010. Aku masih sibuk dengan laporan praktikumku. Sedangkan hari itu aku harus pulang. Karena kebetulan orang tua, om tante dan adik-adik sepupuku pun sedang pulang kampung juga. Jika bukan pada saat lebaran, jarang sekali kami dapat berkumpul seperti itu. Akhirnya setelah menyelesaikan laporanku aku pun pulang. Aku bertolak dari kos sekitar pukul 11 siang dengan menaiki bus kota ke terminal.
Selama perjalanan ke terminal, di daerah Gombel, aku melihat ada kecelakaan antara mobil bak terbuka dan seorang pengendara vespa. Bahkan pada saat itu, korbannya masih ada di TKP. Terkapar di pinggir jalan, seorang bapak-bapak dengan baju batik, bersimbah darah, sedang diperiksa denyut nadinya oleh seseorang. Tiba-tiba saja aku langsung teringat eyang kakung. Tapi tidak ingin berprasangka buruk , aku tepis pikiranku jauh-jauh.
Menaiki bis ekonomi dan dengan begitu banyak hambatan di jalan pada waktu itu membuat aku sampai di rumah pada pukul 2 siang. Bahkan lebih, hampir ashar seingatku. sampai dirumah aku tidak bertemu dengan eyang kakung, eyang ibu, om tante dan adik-adik sepupuku. Ternyata mereka sudah berangkat ke Surabaya, untuk menghadiri pernikahan keponakan eyang.
Seharusnya rumah ramai, karena anak-menantu dan cucu-cucu eyang banyak yang berkumpul. Tapi om tante ku yang 1 ikut bersama eyang ke surabaya, om tante yang lain menginap di rumah saudara yang lain karena akan menyambut kedatangan haji saudaranya. Akhirnya malam ini tinggal papa, mama, aku, om tante dan adik-adik sepupuku yang lain.
Malam itu aku pun tidur seperti biasa. Tiba-tiba pukul 3 pagi aku mendengar papa sedang menerima telpon dengan panik. Reflek tanpa berpikir panjang aku bangun dan menghampiri papa. Papa dan mama panik dan membangunkan om dan tanteku. "om, bangun om, bapak kecelakaan om.."
Aku merebut handphone dari tangan papa dan dari sana aku bisa mendengar suara eyang ibu, sambila menangis "ndhuk, jemput ndhuk. eyang kecelakaan. Ya Allah, bapak, tangi pak... bapak... " Aku berusaha untuk menenangkan eyang " eyang jangan panik dulu, eyang ada dimana?" eyang ibuk menjawab dengan sangat kacau " rembang, setelah rembang. " berusaha tetap tenang aku menjawab "iya, sabar ya eyang, ini kami kesana."
Akhirnya aku,papa,mama dan omku berangkat menuju TKP dengan perasaan tidak karu-karuan. Tapi belum juga keluar dari kudus, kira-kira pukul setengah 4 pagi, eyang ibuk menelpon papa dan berkata "sabar yo nang, bapak wis lungo. bapak wis ora ana."
Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana kacau dan sedihnya aku dan keluarga pada saat itu. ingin segera cepat sampai di lokasi, tapi jalan ramai oleh truk-truk besar sehingga tidak memungkinkan kami sampai disana dengan cepat.
Sekitar pukul 7 pagi, kami sampai di puskesmas tempat eyang ibu dan yang lain menunggu. Sungguh sedih aku melihatnya, eyang ibuk ditemani oleh lila adik sepupuku menunggu kami di pinggir jalan di depan puskesmas. Duduk di batu taman dambil terus-terus menangis. Ketika kamii turun, kami langsung menghambur saling berpelukan dan bertangis-tangisan. Aku hanya bisa memeluk lila yang terus menangis dan berteriak "eyang, mbak,,,, eyang kakung... eyang kakung udah nggak ada , mbak..."
di dalam puskesmas, kami menemui tante yang sedang menjaga hilmi, adikku yang lain. Kepalanya bocor karena terantuk jok mobil. Tante pun tidak dapat menyembunyikan kesedihannya lalngsung memeluk kami dan menangis. Aku mencari-cari eyang kakung tapi ternyata beliau sudah di bawa ke rumah sakit untuk di mandikan disana, ditemani oleh om.
Beberapa orang keluarga kami datang dari surabaya, untuk melihat kondisi kami. Kemudian tak lama kemudian ambulans yang membawa jenazah eyang kakung datang, menjemput eyang ibuk dan kami semua langsung menuju kudus. aku ikut rombongan paling akhir. Sampai di rumah, rumah sudah ramai oleh orang-orang, tratak sudah dipasang, kursi-kursi sudah ditata. (terimakasih kepada keluarga besar dan tetangga_tetangga dekat yang sudah menyiapkan segalanya). Rombongan ambulans sudah datang terlebih dahulu, eyang kakung yang telah dikafani dan di mandikan pun sudah ditidurkan di ruang tengah untuk di doakan. Ketika aku turun dari mobil, aku langsung disambut oleh beberapa orang keluarga, dipapah menuju ruag tengah untuk menemui eyang kakung. Disana sudah ada omku, anak laki-laki eyang kakung satu-satunya sedang mendoakan eyang kakung. Aku langsung menangis meraung-raung sambil memeluk eyang kakung, ingin membangunkannya. di sampingku, om berbisik "ikhlasin ya,,, biar eyang tenang. ikhlasin.."
Sungguh di dalam hati aku berontak dan ingin berteriak "bagaimana bisa aku mengikhlaskannya!" tapi akal sehatku pun memerintahkan untuk berhenti menangis dan berusaha untuk mengikhlaskannya, meski berat.
Keluarg-keluarga pun mulai berdatangan mengucapkan bela sungkawa. Ketika kakakku dari jogja datang pun, dia hampir tak mau menemui eyang kakung. Tampak sekali ia terpukul dan tak kuasa untuk melihat eyang kakung yang kami sayangi terbujur kakau dalam balutan kain kafan.
Akhirnya pukul 2 siang, eyang kakung dimakamkan di pemakaman depan rumah. Dan di hari itu lah aku terakhir kali melihat raganya. 5 desember 2010.
Sekarang sudah setahun semenjak kepergiannya, kenangan tentangnya masih terekam jelas di hati dan kepala kami. Kami masih dan akan selalu merindukan sosok dan segala sesuatau tentangnya. Karena beliaulah suami, ayah, mertua dan kakek terhebat sepanjang masa. :)
I love you grand pa...
"Fa"