Rabu, 28 April 2010
i dont know who you are
i dont care who you are
you dont know who I am
you dont care who I am
i know who you are
i just know who you are
i care to you
i just care to you
and you care lot to me
i just care to you no more
you still care to me
then i really care to you
but suddenly you dont care anymore
and you dont want to know about me anymore
and I just can pretend to do not care about who you are
i dont care who you are
you dont know who I am
you dont care who I am
i know who you are
i just know who you are
i care to you
i just care to you
and you care lot to me
i just care to you no more
you still care to me
then i really care to you
but suddenly you dont care anymore
and you dont want to know about me anymore
and I just can pretend to do not care about who you are
aku ingin dapat merengkuhmu satu kali saja
melepaskan semua perasaan yang bergelayut dalam dada
aku ingin merengkuhmu
membiarkanmu dalam dekapanku
agar perasaan ini bertemu dengan hangat
hingga ia membeku dalam kehangatanmu dan aku
hingga perasaan ini mulai membatu
dan hanya akan terkikis oleh waktu
wed, 28April2010
melepaskan semua perasaan yang bergelayut dalam dada
aku ingin merengkuhmu
membiarkanmu dalam dekapanku
agar perasaan ini bertemu dengan hangat
hingga ia membeku dalam kehangatanmu dan aku
hingga perasaan ini mulai membatu
dan hanya akan terkikis oleh waktu
wed, 28April2010
Selasa, 20 April 2010
Minggu, 18 April 2010
Thanks for being my parents...
Memiliki Papa dan Mama sebagai orang tua adalah anugerah terindah bagiku. Entah kenapa baru 2 tahun terakhir ini aku rasakan. Betapa durhakanya aku selama ini...
Masih teringat jelas dalam ingatan, aku pernah memberontak pada mereka ketika kami harus pindah ke kota lain. Aku bersikeras untuk tetap tinggal disana, hidup sendiri di kost-kostan, hanya karena tidak ingin berpisah dengan sahabat-sahabatku. Dan aku bersyukur, papa mama melarangku dengan cukup keras. Dulu aku berpikir mereka jahat, karena bersikap demikian. Namun sekarang aku mengerti dan bersyukur, karena aku tidak bisa membayangkan apa jadinya aku jika papa dan mama mengizinkannya.
Aku masih ingat ketika aku kelas 3 smp, aku mendapat nilai 6 untuk mata pelajaran Kewarganegaraan. Mata Pelajaran yang sangat mudah bagi Papa dan kakakku, tapi tidak bagiku. Nilai itu membuatku mendapat sindiran dari Papa, dan itu membuatku marah, sampai-sampai aku membanting pintu di belakangnya ketika Papa keluar dari kamarku. Seketika papa berbalik dan menjewer telingaku. Sakit sungguh, tidak hanya di telinga, tapi di hati... Tapi jeweran itu membuatku sadar, bahwa aku sudah terlalu kelewatan. tidak seharusnya aku bersikap demikian, betapapun marahnya aku. dan untuk papa, mungkin itu membuat beliau sadar bahwa gadis mungilnya ini tidak menuruni bakatnya di bidang Kewarganegaraan. Sehingga saat aku mendapatkan nilai C pada mata pelajaran yang sama di bangku kuliah, papa hanya bisa berkata "Ya sudahlah..."
Papa adalah sosok lelaki biasa yang bisa menjadi luar biasa bagiku, mama, dan kakakku. Dengan pekerjaan yang cukup beresiko, Papa mampu dengan sabar menjalaninya. Bekerja sama dengan mama menghemat pengeluaran, menghitung dengan cermat, dan mengalokasikan dana sesuai kebutuhan dengan tepat. Bagi mereka, mencukupi kebutuhan aku dan kakak adalah lebih utama.
Papa adalah seorang yang lucu, celetukan dan ucapannya acap kali membuat aku dan kakak tertawa. Banyak ciri-ciri khas Papa yang kadang membuatku tersenyum-senyum sendiri dibuatnya. Tapi Papa juga bisa jadi sangat pemarah, jika kami bandel. Aku masih bisa terbayang pada goresan luka yang dihasilkan dari sabetan sapu lidi yang dilayangkan Papa di lututku, karena kenakalan yang aku sudah lupa apa. Terdengar seram, tapi itu cara Papa mendidikku. Dan aku bersyukur, karena aku sekarang tidak tumbuh menjadi anak yang manja dan terlalu bergantung pada orang lain.
Kata eyang, aku dan Mama memiliki weton yang sama. Oleh sebab itu kami sering sekali bertengkar. Aku tidak suka dinasehati Mama. Terlalu panjang lebar, tentang sesuatu yang aku sudah tahu. Dan aku sudah cukup besar untuk tahu. Begitu pikirku dulu. Tapi aku baru menyadari, bahwa orang pertama yang aku ingat dan kupanggil saat aku sakit adalah Mama. Orang pertama yang ku minta doanya saat aku sedang akan menghadapi sesuatu yang besar adalah Mama. Bahkan baru-baru ini aku menyadari bahwa banyak ucapan Mama yang benar. Berbeda dengan yang ada dalam pikiranku dulu.
Saat aku SMP, aku selalu berpikir aku sudah cukup besar dan mandiri untuk hidup sendiri. Mungkin wajar, di usia itu kebanyakan remaja berpikir bahwa mereka cukup besar untuk dilepas sendiri. Namun, saat aku SMA, saat aku harus hidup jauh dari Papa dan Mama, aku baru sadar bahwa aku sangat kehilangan. Bahwa aku sangat merindukan saat-saat bersama mereka, setiap hari, seperti 14 tahun sebelumnya. Bahwa aku iri melihat sepupuku, yang bisa menghabiskan waktu bersama ayah dan ibunya. Aku iri melihat teman-temanku diambilkan rapornya oleh ayah atau ibu mereka. Harus kuakui masa SMA adalah masa terburuk yang pernah kulalui dalam hidup. Banyak orang yang berkata bahwa masa SMA adalah masa-masa terindah yang mereka lalui, bahkan Papa juga berkata begitu. Tapi kali ini Papa salah, bukan kali ini mungkin, tapi untuk kasusku, Papa salah. Masa SMA adalah masa-masa yang paling ku benci dalam hidupku. Masa yang tidak ingin aku ingat kembali. Jauh dari orang tua, teman yang tidak tulus, pacar yang overprotectif, guru yang menyebalkan, sekolah yang mata duitan dengan peraturan yang tidak rasional, perasaan yang labil, dan kehilangan pegangan. Seandainya aku saat itu masih tinggal serumah dengan Papa Mama, mungkin akan beda endingnya. entahlah..
Saat kuliah, aku berpikir, tak kan ada yang beda, toh SMA pun aku tinggal jauh dari orang tua. Di saat kawanku sedang mengalami homesick di awal-awal kuliah, aku tenang-tenang saja. Tapi justru, saat kuliah sudah jalan 1tahun, aku mengalami homesick yang cukup parah. 1minggu penuh aku merasa sangat lemas, dan ingin pulang. Mulai saat itu, aku sadar, bahwa hingga kuliah pun aku masih belum siap tinggal jauh dari Papa dan Mama. Mungkin tidak akan pernah siap. Dulu, aku sebal karena Papa Mama tidak pernah absen menelponku setiap hari, siang dan malam. Tapi sekarang, saat Papa dan Mama sudah mulai jarang menelpon, aku merasa agak aneh dan kehilangan. hahaha... Tapi aku rasa dengan Papa Mama tidak menelpon tiap hari itu lebih baik, karena membuat kami merasa rindu. Sehingga menelpon tidak hanya menjadi mengecek posisi, tapi juga banyak bercerita tentang hari-hari kami.
Pertemuan yang jarang, membuat waktu berjumpa kami menjadi sangat berharga. Saat aku masih SMA, apabila liburan terlalu lama dan banyak waktu yang dihabiskan bersama Mama dan Papa malah membuat kami bertengkar di akhir liburan. Tapi sekarang menjadi sangat berbeda. Meskipun hanya di rumah setiap hari, hanya tidur-tiduran, sesekali membantu Mama masak, ikut belanja di pasar sebelah atau ikut mennjemput Papa dari kantor, tidak membuat aku bosan. bahakan menjadi saat-saat yang aku rindukan saat kami jauh.
Tak banyak yang bisa aku berikan pada Papa dan Mama, yang bisa ku lakukan saat ini adalah, membuat mereka bangga mempunyai anak sepertiku. Meski berat, tapi aku akan terus mencoba.
Hal yang sulit aku lakukan adalah mengatakan betapa sayang dan kangennya aku pada Mama dan Papa, secara langsung. Aku terlalu canggung untuk melakukan itu. Tapi aku berharap Papa dan Mama tahu, betapa aku menyayangi dan merindukan mereka. Betapa aku bersyukur memiliki orang tua seperti mereka, bersyukur bahwa aku diberi kesempatan untuk menjadi anak Papa dan Mama. I Love you Mom, I Love you Dad, forever and foralways...
Masih teringat jelas dalam ingatan, aku pernah memberontak pada mereka ketika kami harus pindah ke kota lain. Aku bersikeras untuk tetap tinggal disana, hidup sendiri di kost-kostan, hanya karena tidak ingin berpisah dengan sahabat-sahabatku. Dan aku bersyukur, papa mama melarangku dengan cukup keras. Dulu aku berpikir mereka jahat, karena bersikap demikian. Namun sekarang aku mengerti dan bersyukur, karena aku tidak bisa membayangkan apa jadinya aku jika papa dan mama mengizinkannya.
Aku masih ingat ketika aku kelas 3 smp, aku mendapat nilai 6 untuk mata pelajaran Kewarganegaraan. Mata Pelajaran yang sangat mudah bagi Papa dan kakakku, tapi tidak bagiku. Nilai itu membuatku mendapat sindiran dari Papa, dan itu membuatku marah, sampai-sampai aku membanting pintu di belakangnya ketika Papa keluar dari kamarku. Seketika papa berbalik dan menjewer telingaku. Sakit sungguh, tidak hanya di telinga, tapi di hati... Tapi jeweran itu membuatku sadar, bahwa aku sudah terlalu kelewatan. tidak seharusnya aku bersikap demikian, betapapun marahnya aku. dan untuk papa, mungkin itu membuat beliau sadar bahwa gadis mungilnya ini tidak menuruni bakatnya di bidang Kewarganegaraan. Sehingga saat aku mendapatkan nilai C pada mata pelajaran yang sama di bangku kuliah, papa hanya bisa berkata "Ya sudahlah..."
Papa adalah sosok lelaki biasa yang bisa menjadi luar biasa bagiku, mama, dan kakakku. Dengan pekerjaan yang cukup beresiko, Papa mampu dengan sabar menjalaninya. Bekerja sama dengan mama menghemat pengeluaran, menghitung dengan cermat, dan mengalokasikan dana sesuai kebutuhan dengan tepat. Bagi mereka, mencukupi kebutuhan aku dan kakak adalah lebih utama.
Papa adalah seorang yang lucu, celetukan dan ucapannya acap kali membuat aku dan kakak tertawa. Banyak ciri-ciri khas Papa yang kadang membuatku tersenyum-senyum sendiri dibuatnya. Tapi Papa juga bisa jadi sangat pemarah, jika kami bandel. Aku masih bisa terbayang pada goresan luka yang dihasilkan dari sabetan sapu lidi yang dilayangkan Papa di lututku, karena kenakalan yang aku sudah lupa apa. Terdengar seram, tapi itu cara Papa mendidikku. Dan aku bersyukur, karena aku sekarang tidak tumbuh menjadi anak yang manja dan terlalu bergantung pada orang lain.
Kata eyang, aku dan Mama memiliki weton yang sama. Oleh sebab itu kami sering sekali bertengkar. Aku tidak suka dinasehati Mama. Terlalu panjang lebar, tentang sesuatu yang aku sudah tahu. Dan aku sudah cukup besar untuk tahu. Begitu pikirku dulu. Tapi aku baru menyadari, bahwa orang pertama yang aku ingat dan kupanggil saat aku sakit adalah Mama. Orang pertama yang ku minta doanya saat aku sedang akan menghadapi sesuatu yang besar adalah Mama. Bahkan baru-baru ini aku menyadari bahwa banyak ucapan Mama yang benar. Berbeda dengan yang ada dalam pikiranku dulu.
Saat aku SMP, aku selalu berpikir aku sudah cukup besar dan mandiri untuk hidup sendiri. Mungkin wajar, di usia itu kebanyakan remaja berpikir bahwa mereka cukup besar untuk dilepas sendiri. Namun, saat aku SMA, saat aku harus hidup jauh dari Papa dan Mama, aku baru sadar bahwa aku sangat kehilangan. Bahwa aku sangat merindukan saat-saat bersama mereka, setiap hari, seperti 14 tahun sebelumnya. Bahwa aku iri melihat sepupuku, yang bisa menghabiskan waktu bersama ayah dan ibunya. Aku iri melihat teman-temanku diambilkan rapornya oleh ayah atau ibu mereka. Harus kuakui masa SMA adalah masa terburuk yang pernah kulalui dalam hidup. Banyak orang yang berkata bahwa masa SMA adalah masa-masa terindah yang mereka lalui, bahkan Papa juga berkata begitu. Tapi kali ini Papa salah, bukan kali ini mungkin, tapi untuk kasusku, Papa salah. Masa SMA adalah masa-masa yang paling ku benci dalam hidupku. Masa yang tidak ingin aku ingat kembali. Jauh dari orang tua, teman yang tidak tulus, pacar yang overprotectif, guru yang menyebalkan, sekolah yang mata duitan dengan peraturan yang tidak rasional, perasaan yang labil, dan kehilangan pegangan. Seandainya aku saat itu masih tinggal serumah dengan Papa Mama, mungkin akan beda endingnya. entahlah..
Saat kuliah, aku berpikir, tak kan ada yang beda, toh SMA pun aku tinggal jauh dari orang tua. Di saat kawanku sedang mengalami homesick di awal-awal kuliah, aku tenang-tenang saja. Tapi justru, saat kuliah sudah jalan 1tahun, aku mengalami homesick yang cukup parah. 1minggu penuh aku merasa sangat lemas, dan ingin pulang. Mulai saat itu, aku sadar, bahwa hingga kuliah pun aku masih belum siap tinggal jauh dari Papa dan Mama. Mungkin tidak akan pernah siap. Dulu, aku sebal karena Papa Mama tidak pernah absen menelponku setiap hari, siang dan malam. Tapi sekarang, saat Papa dan Mama sudah mulai jarang menelpon, aku merasa agak aneh dan kehilangan. hahaha... Tapi aku rasa dengan Papa Mama tidak menelpon tiap hari itu lebih baik, karena membuat kami merasa rindu. Sehingga menelpon tidak hanya menjadi mengecek posisi, tapi juga banyak bercerita tentang hari-hari kami.
Pertemuan yang jarang, membuat waktu berjumpa kami menjadi sangat berharga. Saat aku masih SMA, apabila liburan terlalu lama dan banyak waktu yang dihabiskan bersama Mama dan Papa malah membuat kami bertengkar di akhir liburan. Tapi sekarang menjadi sangat berbeda. Meskipun hanya di rumah setiap hari, hanya tidur-tiduran, sesekali membantu Mama masak, ikut belanja di pasar sebelah atau ikut mennjemput Papa dari kantor, tidak membuat aku bosan. bahakan menjadi saat-saat yang aku rindukan saat kami jauh.
Tak banyak yang bisa aku berikan pada Papa dan Mama, yang bisa ku lakukan saat ini adalah, membuat mereka bangga mempunyai anak sepertiku. Meski berat, tapi aku akan terus mencoba.
Hal yang sulit aku lakukan adalah mengatakan betapa sayang dan kangennya aku pada Mama dan Papa, secara langsung. Aku terlalu canggung untuk melakukan itu. Tapi aku berharap Papa dan Mama tahu, betapa aku menyayangi dan merindukan mereka. Betapa aku bersyukur memiliki orang tua seperti mereka, bersyukur bahwa aku diberi kesempatan untuk menjadi anak Papa dan Mama. I Love you Mom, I Love you Dad, forever and foralways...
Izinkan aku menjadi sahabat yang baik untukmu...
persahabatan bagai kepompong.. merubah ulat menjadi kupu-kupu..
persahabatan bagai kepompong..
hal yang tak mudah berubah jadi indah...
persahabatan bagai kepompong..
hal yang tak mudah berubah jadi indah...
sahabat buatku adalah yang dapat menerimamu dengan segala keunikanmu, bukan yang meremehkan, bukan yang menghina,
sahabat adalah yang paling tidak, tulus berusaha untuk dapat berada disampingmu ketika kau sedih dan susah, tidak yang berpura-pura tidak tahu bahkan acuh tak acuh,
sahabat adalah yang mengingatkanmu ketika kamu salah, bukan yang membiarkanmu tetap pada kesalahanmu sendiri,
sahabat adalah yang memberikanmu dorongan ketika kamu membutuhkannya,
sahabat adalah yang mendengarkan cerita juga keluh kesahmu,
sahabat adalah yang takkan membiarkanmu sendiri kecuali saat kau menginginkannya,
bukan yang tak peduli, dan tak mau tahu,
sahabat adalah yang membiarkanmu menemukan dirimu sendiri, bukan yang memaksakanmu menjadi apa yang mereka inginkan,
sahabat adalah yang menolongmu tulus, dan meminta pertolonganmu dengan sedikit sungkan, tapi dia tahu bahwa hanya kamu yang bisa menolongnya,
bukannya yang memperalatmu untuk mencapai sesuatu yang menguntungkannya
sahabat adalah bukan yang hanya datang kepadamu saat butuh, dan saat mereka susah, namun jug datang padamu saat kamu butuh dan susah,
sahabat bukan hanya menjadi pendengar dan penasehat, tapi menjadi sesuatu yang lebih berasal dari ikatan hati, ketulusan, bukan kelicikan.
jika aku belum seperti itu, maka maafkan aku karna belum pantas menjadi sahabatmu...
tapi kamu harus tahu, bahwa aku terus mencoba...
=)
sahabat adalah yang paling tidak, tulus berusaha untuk dapat berada disampingmu ketika kau sedih dan susah, tidak yang berpura-pura tidak tahu bahkan acuh tak acuh,
sahabat adalah yang mengingatkanmu ketika kamu salah, bukan yang membiarkanmu tetap pada kesalahanmu sendiri,
sahabat adalah yang memberikanmu dorongan ketika kamu membutuhkannya,
sahabat adalah yang mendengarkan cerita juga keluh kesahmu,
sahabat adalah yang takkan membiarkanmu sendiri kecuali saat kau menginginkannya,
bukan yang tak peduli, dan tak mau tahu,
sahabat adalah yang membiarkanmu menemukan dirimu sendiri, bukan yang memaksakanmu menjadi apa yang mereka inginkan,
sahabat adalah yang menolongmu tulus, dan meminta pertolonganmu dengan sedikit sungkan, tapi dia tahu bahwa hanya kamu yang bisa menolongnya,
bukannya yang memperalatmu untuk mencapai sesuatu yang menguntungkannya
sahabat adalah bukan yang hanya datang kepadamu saat butuh, dan saat mereka susah, namun jug datang padamu saat kamu butuh dan susah,
sahabat bukan hanya menjadi pendengar dan penasehat, tapi menjadi sesuatu yang lebih berasal dari ikatan hati, ketulusan, bukan kelicikan.
jika aku belum seperti itu, maka maafkan aku karna belum pantas menjadi sahabatmu...
tapi kamu harus tahu, bahwa aku terus mencoba...
=)
Rabu, 14 April 2010
Selasa, 13 April 2010
Sabtu, 03 April 2010
Puteri ingin kembali ke istana itu
Istana dimana cinta mampu menjerat kita kemanapun kita melangkah
Rasa rindu berhembus d sela-sela nafas kehidupan
Dan bila kau berpaling tak kau temukan apapun selain ketulusan hati
Puteri ingin kembaLi pada masa-masa dimana orang menyebutnya "once upon a time"
Masa-masa dimana mimpi menjadi doa sebelum tidur dan harapan bagai sarapan di pagi hari
Puteri ingin kembali pada semesta dimana ia masih bisa berkata "aku ingin tinggal lebih lama lagi..."
Puteri masih disini menanti..
Kebahagiaan yang akan Ia berikan,kebahagiaan yg telah Ia gariskan...
Tapi kini Puteri menyadari bahwa kebahagiaan itu tak kan ada,bila kita tak mau berusaha...
Maka Puteri pun bangun,berdiri,dan mencari...
Aq ingin memberi..
Aq ingin berbagi..
Aq ingin mengasihi..
Aq ingin menorehkan arti..
Karna itu aq ingin hidup lebih lama lagi..
faradida couples years ago
dpernah di post di http://profiles.friendster.com/
Istana dimana cinta mampu menjerat kita kemanapun kita melangkah
Rasa rindu berhembus d sela-sela nafas kehidupan
Dan bila kau berpaling tak kau temukan apapun selain ketulusan hati
Puteri ingin kembaLi pada masa-masa dimana orang menyebutnya "once upon a time"
Masa-masa dimana mimpi menjadi doa sebelum tidur dan harapan bagai sarapan di pagi hari
Puteri ingin kembali pada semesta dimana ia masih bisa berkata "aku ingin tinggal lebih lama lagi..."
Puteri masih disini menanti..
Kebahagiaan yang akan Ia berikan,kebahagiaan yg telah Ia gariskan...
Tapi kini Puteri menyadari bahwa kebahagiaan itu tak kan ada,bila kita tak mau berusaha...
Maka Puteri pun bangun,berdiri,dan mencari...
Aq ingin memberi..
Aq ingin berbagi..
Aq ingin mengasihi..
Aq ingin menorehkan arti..
Karna itu aq ingin hidup lebih lama lagi..
faradida couples years ago
dpernah di post di http://profiles.friendster.com/
Aku ingin kau menjadi dewasa,
Melihat dunia membentang disekitar kita
Aku ingin kau membuka mata
Bahwa dunia tak sesempit yang kau kira
Tak kan selamanya orang – orang akan menunggumu berjalan
Tak kan selamanya orang – orang setia menantimu tersadar
Tak kan selamanya orang – orang akan sabar menghadapimu
Tak kan selamanya orang – orang akan setia menemanimu
Aku ingin kau menjadi dewasa
Bangun dari mimpi masa kanak-kanakmu
Aku ingin kau menjadi dewasa
Sebelum dunia pergi meninggalkanmu
12.51 – July 19,2009
Melihat dunia membentang disekitar kita
Aku ingin kau membuka mata
Bahwa dunia tak sesempit yang kau kira
Tak kan selamanya orang – orang akan menunggumu berjalan
Tak kan selamanya orang – orang setia menantimu tersadar
Tak kan selamanya orang – orang akan sabar menghadapimu
Tak kan selamanya orang – orang akan setia menemanimu
Aku ingin kau menjadi dewasa
Bangun dari mimpi masa kanak-kanakmu
Aku ingin kau menjadi dewasa
Sebelum dunia pergi meninggalkanmu
12.51 – July 19,2009
mawar putih dalam hati dan titik hitam kala kelam
lingkaran terus berputar,
menghadirkan suara yang semakin terdengar kasar...
semakin lama semakin tak terkendali..
hawa yang sejuk kini berganti dengan dingin yang menusuk hati..
debu yang semula tak terlihat kinipun telah berubah menjadi gumpalan-gumpalan yg kasat. dan aku hanya menunggu waktu yang tepat...
jam...detik...dan menit...
tak terasa semakin berlalu...
diantara keheningan yang tak terperi...
kendali diripun mulai terkoyak....
diantara dingin yang sunyi dan sepi....
dedaunan yang tampak ceria kala mentari tertawa..
kini ia hanya mampu tertunduk...
ditindih buliran embun....
yang siap menetes esok hari...
akankah....
penantian....
akan berakhir.....
lelah harus terus berdiam diri, sementara sesak makin mengoyak...
ini bukan tentang cinta bukan tentang benci
tapi karna aku peduli atau bahkan tidak peduli sama sekali
dan waktu tak jua kunjung datang,
hingga aku pulang...
pabila aku kembali nanti,
akankah tetap sama
seperti pada awalnya
atau kah debu yang menutupi jiwa akan segera hilang entah kemana
apapun itu...
yang kuawali mesti kuakhiri...
mungkinkah tetap sama....
seperti sedia kala....
atau semakin berganti...
seiring debu yang mulai tersapu air hujan...
seiring jiwa yang terus terkoyak....
tetapi...
bukan itu...
aq ingin manjadi airnya....
yang selalu menyapu debu...
aq ingin menjadi pisau...
yang terus mngoyak jiwanya....
tapi akankah aq hidup seperti ini....
diatas penantian...
yang tak kunjung usai...
aku masih mencoba untuk menyimpan semua kata
dan mendengar lebih banyak dari semua
membiarkan lingkaran-lingkaran terus berputar sebagaimana mestinya
meski debu yang ada semakin tebal, aku akan setia menanti hujan datang membebaskanku dari jiwa yang terkoyak karna kediamanku
jika tidak,
akan kubuat sendiri hujan itu
suatu saat nanti
saat aku telah letih menanti
penantianmu....
koyakan jiwamu....
tak akan mampu menahan air bah....
yang tadinya hanya rintikan hujan...
terjatuh dengan tetesan ringan bulirannya...
diammu....
letihmu...
dan harapanmu...
akankah sanggup...
melawan semua ini...
yang terbetik....hanya titik hitam...
yang selalu tampak....
jika semuanya tersikap...
oleh sinaran mentari pagi....
tanpa mendung...tanpa awan...
jika diam dan letihku tak kan mampu mewujudkan harapan
biarkan aku meratapi kebodohan yang ku buat sendiri
lalu ijinkan aku tertawa senang
karna aku tak lagi berlindung pada awan dan mendung
karna aku menanti pelangi lain yang muncul setelah hujan yang ku cipta sendiri
bukan karna mentari yang kau tawarkan kehangatannya
yang awalnya hangat namun kemudian membunuhku perlahan
biarlah titik hitam itu tetap seperti bagaimana tampaknya
biarkan semakin jelas
karna jika kau tak mampu menghapusnya
tak kan ada yang mampu
begitu juga denganku...
tapi...
knpa...
knpa kau diam...kenapa hanya harapan...
tidakkah sakit berada diatasnya..
seakan menutupinya dengan tawa...
kenapa....
kau berlindung di balik mendung...
dibalik awan....
padahal masih ada...
yang lebih menghangatkanmu ketika hujan...
karena bukanlah mentari yang menghangatkan....
tetapi ada yang lain....
yang selalu sembunyi...
dibalik titik hitam itu....
jangan kau hapus titik itu....
tapi...
perjelaslah...
pasti akan kau temukan sesuatu...
yang tiada terkira...
oleh dirimu...dan diriku....
karna kuasamu merajai semua sisi dalam kehidupan kita
dan takkan ku biarkan itu berlama-lama
sakitku bukan sesuatu yang kau sebut sakit
tawaku bukan tawa yang kau pikir itu ada
aku berhenti berlindung di balik mendung
dan tak lagi bersandar pada awan
karna kaulah yang ciptakan awan dan mendungku
entah kau sadari atau tidak
aku telah menyelam lebih dalam dari samudramu
entah kau sadari atau tidak
aku telah mengetahui wujudmu lebih jauh dari yang kau tahu
entah kau mengerti atau tidak
telah ku temukan titik hitammu yang kau sembunyikan lamat-lamat
yang tanpa sadar kau tunjukkan padaku dalam tersirat
tak mengertikah kau darimana asalnya titik hitam itu?
titik hitam itu adalah debu yang tersimpan dan tak pernah kau bersihkan dari hatimu
entah kau peduli atau tidak
terjerat fikirq tuk selalu berfikir....
diantara sesuatu itu....
terasa sangat besar nan agung...
yang selalu tersimpan....
tapi diri ini tak mampu membukanya...
inikah titik hitam itu....
aku bingung....
apakah yang harus kucari....
kunci untuk membukanya...ataukah...
belati yang siap mengoyak dan mengenyahkannya...
yang selalu membuatmu...
seakan...menjadi mahluk tegar diatas segalanya...
yang selalu membebanimu...
mengunci fikirmu....
mengoyak jiwamu...
menggerogoti langkah-langkahmu....
yang seharusnya mampu berjalan lebih jauh....
apakah dirimu yang akan membukanya...
dengan kunci hatimu...
ataukah dengan belati itu...
kau ringankan beban....langkah....
untuk akhir penantianmu.......
jika itu maumu..
simpan saja titik hitammu itu
karna aku telah lelah menjadi sesuatu yang bukan aku
akan kucukupkan semua duka dan amarah ini
aku tak mau lagi lebih peduli
maka biarkan ku simpan mawar putih dalam hati
ini bukan tentangmu lagi
karna aku tak mau peduli
02 04 2010 - 03 04 2010
in corporation with Zeiva Khaiylla
menghadirkan suara yang semakin terdengar kasar...
semakin lama semakin tak terkendali..
hawa yang sejuk kini berganti dengan dingin yang menusuk hati..
debu yang semula tak terlihat kinipun telah berubah menjadi gumpalan-gumpalan yg kasat. dan aku hanya menunggu waktu yang tepat...
jam...detik...dan menit...
tak terasa semakin berlalu...
diantara keheningan yang tak terperi...
kendali diripun mulai terkoyak....
diantara dingin yang sunyi dan sepi....
dedaunan yang tampak ceria kala mentari tertawa..
kini ia hanya mampu tertunduk...
ditindih buliran embun....
yang siap menetes esok hari...
akankah....
penantian....
akan berakhir.....
lelah harus terus berdiam diri, sementara sesak makin mengoyak...
ini bukan tentang cinta bukan tentang benci
tapi karna aku peduli atau bahkan tidak peduli sama sekali
dan waktu tak jua kunjung datang,
hingga aku pulang...
pabila aku kembali nanti,
akankah tetap sama
seperti pada awalnya
atau kah debu yang menutupi jiwa akan segera hilang entah kemana
apapun itu...
yang kuawali mesti kuakhiri...
mungkinkah tetap sama....
seperti sedia kala....
atau semakin berganti...
seiring debu yang mulai tersapu air hujan...
seiring jiwa yang terus terkoyak....
tetapi...
bukan itu...
aq ingin manjadi airnya....
yang selalu menyapu debu...
aq ingin menjadi pisau...
yang terus mngoyak jiwanya....
tapi akankah aq hidup seperti ini....
diatas penantian...
yang tak kunjung usai...
aku masih mencoba untuk menyimpan semua kata
dan mendengar lebih banyak dari semua
membiarkan lingkaran-lingkaran terus berputar sebagaimana mestinya
meski debu yang ada semakin tebal, aku akan setia menanti hujan datang membebaskanku dari jiwa yang terkoyak karna kediamanku
jika tidak,
akan kubuat sendiri hujan itu
suatu saat nanti
saat aku telah letih menanti
penantianmu....
koyakan jiwamu....
tak akan mampu menahan air bah....
yang tadinya hanya rintikan hujan...
terjatuh dengan tetesan ringan bulirannya...
diammu....
letihmu...
dan harapanmu...
akankah sanggup...
melawan semua ini...
yang terbetik....hanya titik hitam...
yang selalu tampak....
jika semuanya tersikap...
oleh sinaran mentari pagi....
tanpa mendung...tanpa awan...
jika diam dan letihku tak kan mampu mewujudkan harapan
biarkan aku meratapi kebodohan yang ku buat sendiri
lalu ijinkan aku tertawa senang
karna aku tak lagi berlindung pada awan dan mendung
karna aku menanti pelangi lain yang muncul setelah hujan yang ku cipta sendiri
bukan karna mentari yang kau tawarkan kehangatannya
yang awalnya hangat namun kemudian membunuhku perlahan
biarlah titik hitam itu tetap seperti bagaimana tampaknya
biarkan semakin jelas
karna jika kau tak mampu menghapusnya
tak kan ada yang mampu
begitu juga denganku...
tapi...
knpa...
knpa kau diam...kenapa hanya harapan...
tidakkah sakit berada diatasnya..
seakan menutupinya dengan tawa...
kenapa....
kau berlindung di balik mendung...
dibalik awan....
padahal masih ada...
yang lebih menghangatkanmu ketika hujan...
karena bukanlah mentari yang menghangatkan....
tetapi ada yang lain....
yang selalu sembunyi...
dibalik titik hitam itu....
jangan kau hapus titik itu....
tapi...
perjelaslah...
pasti akan kau temukan sesuatu...
yang tiada terkira...
oleh dirimu...dan diriku....
karna kuasamu merajai semua sisi dalam kehidupan kita
dan takkan ku biarkan itu berlama-lama
sakitku bukan sesuatu yang kau sebut sakit
tawaku bukan tawa yang kau pikir itu ada
aku berhenti berlindung di balik mendung
dan tak lagi bersandar pada awan
karna kaulah yang ciptakan awan dan mendungku
entah kau sadari atau tidak
aku telah menyelam lebih dalam dari samudramu
entah kau sadari atau tidak
aku telah mengetahui wujudmu lebih jauh dari yang kau tahu
entah kau mengerti atau tidak
telah ku temukan titik hitammu yang kau sembunyikan lamat-lamat
yang tanpa sadar kau tunjukkan padaku dalam tersirat
tak mengertikah kau darimana asalnya titik hitam itu?
titik hitam itu adalah debu yang tersimpan dan tak pernah kau bersihkan dari hatimu
entah kau peduli atau tidak
terjerat fikirq tuk selalu berfikir....
diantara sesuatu itu....
terasa sangat besar nan agung...
yang selalu tersimpan....
tapi diri ini tak mampu membukanya...
inikah titik hitam itu....
aku bingung....
apakah yang harus kucari....
kunci untuk membukanya...ataukah...
belati yang siap mengoyak dan mengenyahkannya...
yang selalu membuatmu...
seakan...menjadi mahluk tegar diatas segalanya...
yang selalu membebanimu...
mengunci fikirmu....
mengoyak jiwamu...
menggerogoti langkah-langkahmu....
yang seharusnya mampu berjalan lebih jauh....
apakah dirimu yang akan membukanya...
dengan kunci hatimu...
ataukah dengan belati itu...
kau ringankan beban....langkah....
untuk akhir penantianmu.......
jika itu maumu..
simpan saja titik hitammu itu
karna aku telah lelah menjadi sesuatu yang bukan aku
akan kucukupkan semua duka dan amarah ini
aku tak mau lagi lebih peduli
maka biarkan ku simpan mawar putih dalam hati
ini bukan tentangmu lagi
karna aku tak mau peduli
02 04 2010 - 03 04 2010
in corporation with Zeiva Khaiylla
Menit ketigabelas pertama di hari kamis, hari ke 18 di bulan juni 2009..
Sakit ini tak jua berhenti…
Mengiris dadaku…
Meninggalkan sesak di dalamnya…
Obat apa lagi yang harus ku minum
Sementara darah tak henti hentinya mengalir
Dan luka pun tak jua mau mengering
Aku lelah dengan sakit ini
Kehabisan darah dan air mata
Aku bosan dengan sakit ini
Ingin mati saja rasanya
Namun entah bagaimana akhirnya…
Aku ingin menyerah..dan mati kalah….
Mengiris dadaku…
Meninggalkan sesak di dalamnya…
Obat apa lagi yang harus ku minum
Sementara darah tak henti hentinya mengalir
Dan luka pun tak jua mau mengering
Aku lelah dengan sakit ini
Kehabisan darah dan air mata
Aku bosan dengan sakit ini
Ingin mati saja rasanya
Namun entah bagaimana akhirnya…
Aku ingin menyerah..dan mati kalah….
Jumat, 02 April 2010
Apa yang dipikirkan
Orang – orang yang berjalan, berlalu lalang di lorong ini
Di iringi semerbak bau darah dan obat
Apakah mereka sedang dalam keputusasaan
Apakah mereka memiliki harapan
Ataukah mereka hanya berjalan dengan penuh kepalsuan
Apa yang mereka pikirkan?
Apakah meraka memikirkan orang lain yang berjalan, berlalu lalang di lorong ini?
Kudus, 17.02.09
Orang – orang yang berjalan, berlalu lalang di lorong ini
Di iringi semerbak bau darah dan obat
Apakah mereka sedang dalam keputusasaan
Apakah mereka memiliki harapan
Ataukah mereka hanya berjalan dengan penuh kepalsuan
Apa yang mereka pikirkan?
Apakah meraka memikirkan orang lain yang berjalan, berlalu lalang di lorong ini?
Kudus, 17.02.09
Lingkaran terus berputar, menghadirkan suara yang semakin terdengar kasar...
semakin lama semakin tak terkendali.. hawa yang sejuk kini berganti dengan dingin yang menusuk hati..
debu yang semula tak terlihat kinipun telah berubah menjadi gumpalan-gumpalan yg kasat.
dan aku hanya menunggu waktu yang tepat..
--02042010--
semakin lama semakin tak terkendali.. hawa yang sejuk kini berganti dengan dingin yang menusuk hati..
debu yang semula tak terlihat kinipun telah berubah menjadi gumpalan-gumpalan yg kasat.
dan aku hanya menunggu waktu yang tepat..
--02042010--
Langganan:
Postingan (Atom)