Sabtu, 14 Agustus 2010

Seandainya saja jika

Aku benci menggunakan kata-kata "seandainya saja jika" karena isinya yang ada hanya berupa penyesalan-penyesalan tak berarti. Aku benci menggunakan kata "seandainya saja jika" karena membuatku merutuki kesalahan dan kebodohan yang aku perbuat sebelumnya. Aku benci menggunakan kata "seandainya saja jika" karena membuatku putus asa dan kehilangan semangat. Aku benci menyesali yang telah terjadi, aku benci menyesali kebodohanku sendiri, aku benci untuk berkata "seandainya saja jika..."

Selasa, 03 Agustus 2010

Minggu, 01 Agustus 2010

Welcome August

Saya selalu bersemangat menyambut bulan Agustus. Bukan karena di bulan ini saya di lahirkan, tapi lebih karena semarak yang muncul di bulan Agustus ini. Ya, semangat kemerdekaan republik Indonesia. Karena di bulan Agustus inilah, jalan-jalan di kota maupun di desa ramai dihiasi dengan umbul-umbul, bendera merah putih, lampu hias berwarna-warni, serta tulisan-tulisan yang menyuarakan dirgahayu Indonesia. Jalan di beberapa desa pun di cat putih di tepi kanan dan kiri, atau sekedar marka sederhana di tengah jalan. Berbagai instansi, mulai dari pendidikan hingga pemerintah, negeri maupun swasta, mulai menyiapkan lomba-lomba baik intern maupun extern. Baik lomba-lomba keterampilan seperti lomba puisi, pidato, menyanyi, teater, gerak jalan, baris berbaris, maupun lomba-lomba yang mengedepankan sisi kebersamaan dan keceriaannya seperti lomba tarik tambang, memasukkan pensil ke dalam botol, balap karung, makan kerupuk, membawa kelereng dengan sendok, hingga panjat pinang. Saya jadi teringat saat saya mengikuti lomba membawa kelereng dengan sendok di kantor ayah saya di Tanah Grogot, Kalimantan Timur. Ketika sudah di tengah jalan tiba-tiba kelereng saya jatuh, lalu segera saya ambil dan saya hanya mematung disana tidak berani melanjutkan. Sedangkan mama saya di pinggir lapangan sibuk berteriak, "maju dek.. terus saja." tapi saya terlalu ragu dan takut sehingga akhirnya saya pun kalah. Saya yakin tidak hanya saya yang punya pengalaman mengenai lomba-lomba tujuhbelasan. Kalian juga pasti punya, ya kan?

Jika bicara tentang perayaan kemerdekaan, jangan lupa dengan upacara kemerdekaan yang dilakukan 2 kali dalam sehari. Upacara pengibaran bendera merah putih dan upacara penurunan merah putih di sore harinya. Melihat pasukan pengibar bendera yang dengan gagah dan rapinya berbaris dan mengibarkan bendera di depan jutaan pasang mata penduduk Indonesia. Saya sering berkhayal betapa senang dan bangganya bila saya menjadi salah satu dari mereka. Namun mengingat fisik yang tidak terlalu tinggi, saya cukup puas untuk hanya menjadi penonton dan pengagum saja. Walaupun begitu saya cukup berbangga hati masih punya pengalaman baris berbaris dalam hidup saya. Saat kelas 2 SMP saya dan teman-teman saya di daulat untuk menjadi petugas upacara pembukaan dan penutupan Jambore Daerah Jawa Tengah di Kabupaten Kebumen. Pada saat itu saya mendapat tugas sebagai pengibar bendera jambore bersama beberapa teman dari SMP lain. Kami latihan setiap hari, di pendopo (Rumah dinas dan kantor bupati), setelah dirasa cukup mahir kami latihan langsung di bukit perkemahan. Kami berkumpul di pendopo dan latihan seperti biasa sambil menunggu kendaraan yang akan mengangkut kami kesana datang. Tiba-tiba kami dikejutkan dengan datangnya sebuah truk sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), kami kira truk tersebut akan mengambil sampah yang ada di pendopo. Tapi ternyata truk tersebutlah yang akan mengangkut kami ke tempat pelaksanaan Jambore. Dengan terpaksa kami naik truk tersebut, walaupun pada akhirnya kami terbiasa, toh kondisi truk tersebut tidak terlalu buruk. Sayang sekali saya melewatkan upacara penutupan jambore karena ada urusan keluarga, namun begitu saya sudah cukup senang.

Semarak agustus tahun ini dibarengi dengan datangnya bulan ramadhan. Bulan lain yang paling di nanti-nanti selama setahun, khususnya oleh umat Islam. Tak sabar rasanya ingin segera sahur dan buka puasa bersama, juga shalat tarawih berjamaah. Saya merindukan suara panggilan sahur di dini hari, sirine imsyak, penjaja makanan yang tiba-tiba menjamur di pinggir-pinggir jalan, bahkan suara petasan dan kembang api yang sering saya rutuki kebisingannya. Sudah dua kali bulan ramadhan saya lewati di kos. Saat pertama kali rasanya sedih sekali, karena tidak ada Mama atau eyang yang membangunkan saya untuk sahur. Tidak bisa membantu mama menyiapkan makan sahur. Tapi saya agak lebih beruntung karena anak ibu kos berjualan ketika sahur, sehingga saya tidak perlu repot-repot keluar untuk mencari makan. Entah bagaimana nanti jika saya pindah ke kos baru, semoga tidak susah mencari makan sahur. Suasana maghrib di bulan ramadhan nanti pastinya akan berbeda dengan maghrib pada bulan-bulan biasanya. Jalan-jalan lebih ramai dari biasanya pada saat ramadhan. khususnya di tempat-tempat menjajakan makanan berbuka maupun sekedar ta'jil untuk membatalkan. Senang rasanya akan menghirup aroma bulan ramadhan kembali. Terima kasih Tuhan atas nikmat ini.

Bulan agustus ini sepertinya akan menyenangkan. Ramadhan dan kemerdekaan datang bersamaan. Sama seperti 65 tahun silam, saat pertama kalinya Proklamasi dikumandangkan, bulan ramadhan pun jatuh di bulan agustus. Juga karena di bulan agustus tahun ini pula, tepat dua kali dasawarsa saya hidup. Semoga menjadi awal yang indah bagi kehidupan yang lebih baik lagi dengan pribadi yang lebih baik pula. Welcome August... Marhaban ya Ramadhan... Merdeka!! =)

Ibukota Jawa Tengah
Di Penghujung Hari Pertama di Bulan Ke Delapan Tahun 2010

Bisikan Hati untuk Mama

Mama,,
berikanlah aku sederet doa yang menguatkan
agar aku bisa berdiri dan bertahan
kemudian aku bisa berjalan maju dengan tegap dan mantap
menghadapi segala rintangan yang menghadang..
berikanlah aku sebongkah restu yang menenangkan
agar akan selalu ada sandaran ketika aku mulai kelelahan
kemudian aku bisa bangkit kembali
memilih dengan yakin, jalan yang menuntunku pada yang kau sebut bahagia..
berikanlah aku segenap kasih sayangmu
dari luasnya samudra hatimu
agar aku bisa beristirahat dengan nyaman
ketika mulai tersesat dan bingung menentukan jalan
pulang ke dalam hatimu yang damai