Senin, 05 Desember 2011

Tanggal yang Sama Setahun yang Lalu

5 Desember 2010 - 5 Desember 2011


Tidak terasa sudah setahun semenjak peristiwa itu, peristiwa yang mengejutkan dan membuat aku dan keluargaku terpukul. Kepergian eyang kakung untuk selamanya. Di hari minggu, di tanggal ini, setahun yang lalu.

Aku masih ingat sekali, tahun lalu, hari sabtu tanggal 4 desember 2010. Aku masih sibuk dengan laporan praktikumku. Sedangkan hari itu aku harus pulang. Karena kebetulan orang tua, om tante dan adik-adik sepupuku pun sedang pulang kampung juga. Jika bukan pada saat lebaran, jarang sekali kami dapat berkumpul seperti itu. Akhirnya setelah menyelesaikan laporanku aku pun pulang. Aku bertolak dari kos sekitar pukul 11 siang dengan menaiki bus kota ke terminal.

Selama perjalanan ke terminal, di daerah Gombel, aku melihat ada kecelakaan antara mobil bak terbuka dan seorang pengendara vespa. Bahkan pada saat itu, korbannya masih ada di TKP. Terkapar di pinggir jalan, seorang bapak-bapak dengan baju batik, bersimbah darah, sedang diperiksa denyut nadinya oleh seseorang. Tiba-tiba saja aku langsung teringat eyang kakung. Tapi tidak ingin berprasangka buruk , aku tepis pikiranku jauh-jauh.

Menaiki bis ekonomi dan dengan begitu banyak hambatan di jalan pada waktu itu membuat aku sampai di rumah pada pukul 2 siang. Bahkan lebih, hampir ashar seingatku. sampai dirumah aku tidak bertemu dengan eyang kakung, eyang ibu, om tante dan adik-adik sepupuku. Ternyata mereka sudah berangkat ke Surabaya, untuk menghadiri pernikahan keponakan eyang.


Seharusnya rumah ramai, karena anak-menantu dan cucu-cucu eyang banyak yang berkumpul. Tapi om tante ku yang 1 ikut bersama eyang ke surabaya, om tante yang lain menginap di rumah saudara yang lain karena akan menyambut kedatangan haji saudaranya. Akhirnya malam ini tinggal papa, mama, aku, om tante dan adik-adik sepupuku yang lain.

Malam itu aku pun tidur seperti biasa. Tiba-tiba pukul 3 pagi aku mendengar papa sedang menerima telpon dengan panik. Reflek tanpa berpikir panjang aku bangun dan menghampiri papa. Papa dan mama panik dan membangunkan om dan tanteku. "om, bangun om, bapak kecelakaan om.."
Aku merebut handphone dari tangan papa dan dari sana aku bisa mendengar suara eyang ibu, sambila menangis "ndhuk, jemput ndhuk. eyang kecelakaan. Ya Allah, bapak, tangi pak... bapak... " Aku berusaha untuk menenangkan eyang " eyang jangan panik dulu, eyang ada dimana?" eyang ibuk menjawab dengan sangat kacau " rembang, setelah rembang. " berusaha tetap tenang aku menjawab "iya, sabar ya eyang, ini kami kesana."

Akhirnya aku,papa,mama dan omku berangkat menuju TKP dengan perasaan tidak karu-karuan. Tapi belum juga keluar dari kudus, kira-kira pukul setengah 4 pagi, eyang ibuk menelpon papa dan berkata "sabar yo nang, bapak wis lungo. bapak wis ora ana."
Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana kacau dan sedihnya aku dan keluarga pada saat itu. ingin segera cepat sampai di lokasi, tapi jalan ramai oleh truk-truk besar sehingga tidak memungkinkan kami sampai disana dengan cepat.

Sekitar pukul 7 pagi, kami sampai di puskesmas tempat eyang ibu dan yang lain menunggu. Sungguh sedih aku melihatnya, eyang ibuk ditemani oleh lila adik sepupuku menunggu kami di pinggir jalan di depan puskesmas. Duduk di batu taman dambil terus-terus menangis. Ketika kamii turun, kami langsung menghambur saling berpelukan dan bertangis-tangisan. Aku hanya bisa memeluk lila yang terus menangis dan berteriak "eyang, mbak,,,, eyang kakung... eyang kakung udah nggak ada , mbak..."

di dalam puskesmas, kami menemui tante yang sedang menjaga hilmi, adikku yang lain. Kepalanya bocor karena terantuk jok mobil. Tante pun tidak dapat menyembunyikan kesedihannya lalngsung memeluk kami dan menangis. Aku mencari-cari eyang kakung tapi ternyata beliau sudah di bawa ke rumah sakit untuk di mandikan disana, ditemani oleh om.

Beberapa orang keluarga kami datang dari surabaya, untuk melihat kondisi kami. Kemudian tak lama kemudian ambulans yang membawa jenazah eyang kakung datang, menjemput eyang ibuk dan kami semua langsung menuju kudus. aku ikut rombongan paling akhir. Sampai di rumah, rumah sudah ramai oleh orang-orang, tratak sudah dipasang, kursi-kursi sudah ditata. (terimakasih kepada keluarga besar dan tetangga_tetangga dekat yang sudah menyiapkan segalanya). Rombongan ambulans sudah datang terlebih dahulu, eyang kakung yang telah dikafani dan di mandikan pun sudah ditidurkan di ruang tengah untuk di doakan. Ketika aku turun dari mobil, aku langsung disambut oleh beberapa orang keluarga, dipapah menuju ruag tengah untuk menemui eyang kakung. Disana sudah ada omku, anak laki-laki eyang kakung satu-satunya sedang mendoakan eyang kakung. Aku langsung menangis meraung-raung sambil memeluk eyang kakung, ingin membangunkannya. di sampingku, om berbisik "ikhlasin ya,,, biar eyang tenang. ikhlasin.."

Sungguh di dalam hati aku berontak dan ingin berteriak "bagaimana bisa aku mengikhlaskannya!" tapi akal sehatku pun memerintahkan untuk berhenti menangis dan berusaha untuk mengikhlaskannya, meski berat.

Keluarg-keluarga pun mulai berdatangan mengucapkan bela sungkawa. Ketika kakakku dari jogja datang pun, dia hampir tak mau menemui eyang kakung. Tampak sekali ia terpukul dan tak kuasa untuk melihat eyang kakung yang kami sayangi terbujur kakau dalam balutan kain kafan.

Akhirnya pukul 2 siang, eyang kakung dimakamkan di pemakaman depan rumah. Dan di hari itu lah aku terakhir kali melihat raganya. 5 desember 2010.
Sekarang sudah setahun semenjak kepergiannya, kenangan tentangnya masih terekam jelas di hati dan kepala kami. Kami masih dan akan selalu merindukan sosok dan segala sesuatau tentangnya. Karena beliaulah suami, ayah, mertua dan kakek terhebat sepanjang masa. :)

I love you grand pa...
"Fa"

Selasa, 08 November 2011

Memaknai Hari Raya Idul Adha

Agama Islam memiliki 2 hari raya. Selain hari raya idul fitri, juga terdapat hari raya idul adha. Pada saat hari raya idul adha, setelah melaksanakan sholat eid, maka dilaksanakan penyembelihan hewan kurban sepeti sapi, kambing, unta dan kerbau. Hewan kurban tersebut dibagi-bagikan ke kaum fakir miskin dan orang-orang yang tidak mampu. Selebihnya daging tersebut (biasanya) dibagi-bagikan ke keluarga dan tetangga terdekat.
Hal yang paling ditunggu-tunggu pada saat hari raya idul adha adalah tentu saja jatah daging ini. Apalagi untuk anak-anak kost yang kesehariannya makan tahu dan tempe, daging merupakan makanan mewah yang sangat jarang bisa dinikmati. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan "makan daging setahun sekali" ini, setelah pembagian daging, saat hari mulai beranjak siang, akan banyak tercium aroma daging dibakar dari tiap rumah. Biasanya daging tersebut di sate atau di gulai.

Ketika hari raya idul adha ini, silakan liat status-status di jejaring sosial, berita-berita di televisi, pasti hampir semua berisi tentang kurban. Mulai dari mengucapkan selamat, laporan mengenai sholat ied dan penyembelihan kurbannya, hingga kepuasan menikmati daging kurban tersebut.
Status-status tersebut, terutama tentang kepuasan menikmati daging kurban pun datang beragam. Mulai dari yang bersyukur, Alhamdulillah bisa makan daging, ada yang kekenyangan, ada yang merasa puas sekali, hingga ada yang muntah-muntah karna kekenyangan. (Sungguh yang terakhir itu tidak patut dicontoh)

Melihat hal itu, salah satu kawan saya : Agie Aditama, melalui akun facebooknya mengepost sebuah foto dengan catatan.

"Ngeliat status banyak temen yg menikmati idul adha dgn makan daging smpe puas, bhkan di beberapa status ad yg sampe 'muntah2', aku jd inget perjalanan 2 minggu yg lalu ke bandung. waktu itu sabtu malem, di Braga city walk Bandung. ujan cukup deres, dan abis beli sebotol minuman dingin, aku mutusin bt duduk di deretan kursi di depan Alfam*rt. Di sampingku ada 2 orang anak kecil, kira2 umurnya sekitar 10 th dan 5 th, gelandangan, tidur beralaskan kasur di pelataran depan toko. awalnya aku ga bgtu merhatiin,, karena anak kecil gelandangan bukan hal yg aneh di kota macam bandung atau jakarta. tp saat tiba2 aku denger suara tangis -dari anak yg kecil-, aku jd sedikit merhatiin mereka. dan saat it jg, si kakak ngomong, 'jgn nangis.. ntar teteh cariin duit buat beli makan ya..'. wooww, anak ini, ga kehilangan kasih sayang bt adeknya, bhkn di kondisi susah, dan bhkan tnp orang tua. menit2 berlalu waktu aku merhatiin mereka, dan aku mutusin bt ninggalin tempat itu stlah beli 2 bungkus roti -cm itu yg bisa aku bli- bt mereka, berharap mereka bisa menemukan kebahagiaan di dunia yg lain suatu saat. :D dan di hari idul adha ini, aku jd inget lg sm mereka -tepatnya orang-orang sperti mereka-, semoga kebahagiaan temen2 sekarang jg bisa dirasain mereka, dan semoga dunia bisa lebih adil -suatu saat-. Kalo pny rejeki dibagi2 y temen2 jgn dimakan sndiri smpe muntah2.."
— at Braga.
(http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2209902011887&set=a.1067400090053.2010534.1377597309&type=1&theater)


Saya langsung seketika takjub dan terharu. Kita ini sebagai manusia, ketika diberi kenikmatan yang berlimpah sebentar saja sudah langsung lupa dengan keadaan sekitar. Padahal apakah makna dari idul adha itu sendiri? Selain makna ketakwaan yakni pengorbanan untuk menyerahkan hal yang palig berharga kepada Allah swt, salah satu makna lain dari berkurban itu adalah berbagi. Orang yang mampu berbagi kepada orang yang tidak mampu, sehingga orang yang tidak mampu juga dapat merasakan kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang berada. Juga mengajarkan kita untuk memiliki rasa solidaritas tinggi dan peduli kepada sesama.

Selain itu makna ketiga dari idul adha adalah bahwa apa yang dikorbankan tersebut merupakan simbol dari sifat tamak dan kebinatangan yang ada dalam diri manusia seperti rakus, ambisius, suka menindas dan menyerang. Tapi apakah dengan menyembelih hewan tersebut untuk dikorbankan kita sudah dapat menjauhkan diri dari rasa tamak dan rakus? Kalau nyatanya setelah dibagi dagingnya lalu dimakan sampai kekenyangan, sampai muntah-muntah. Sedangkan di luar sana masih banyak orang yang benar-benar membutuhkan.

Idul adha tidak semestinya dilalui begitu saja tanpa mengerti dan memahami makna dari berkurban itu sendiri. Dan teman saya tersebut telah berhasil memaknai hari raya idul adha, dengan caranya sendiri. Meskipun ia tidak merayakan hari raya idul adha, karena memang tidak menganut ajaran Islam. Malu ya? Yang agamanya bukan islam saja mengerti, masa kita yang islam tidak paham-paham juga?

Semoga setelah ini semakin banyak orang yang mampu memaknai hari raya idul adha dengan sebenar-benarnya dan semakin banyak orang yang dapat mengambil manfaat dari kurban tersebut.


"Banyak orang yang kurang mampu yang menantikan uluran tangan dari orang yang mampu melalui hari kurban. Kurban merupakan salah satu cara kita untuk membantu mereka yang kurang mampu." (Tabloid News, LP3i Bandung)


sumber :
fb : Agie aditama
tabloidnews.politeknik-lp3i-bandung.ac.id

Rabu, 02 November 2011

Rindu itu Berbahaya

Jangan main-main dengan rindu
karna rindu bisa saja membunuhmu

Jangan main-main dengan rindu
apalagi jika ia dan sepi melebur menyatu

Rindu itu manis
jika berujung pada temu yang romantis
Rindu itu ceria
jika disuapi tawa dan canda pada peristiwa
tapi rindu itu bisa membawa luka
jika tak ada temu menyambut di akhir penantiannya
dan rindu bisa jadi sadis
jika dijawab dengan untaian duka, amarah dan tangis

maka rindu itu berbahaya
jika tak disambut dengan mesra oleh cinta

Bukit Agung, 18.05 PM

Rabu, 19 Oktober 2011

Dear M, Dear D

Tidak ada kata-kata yang sanggup keluar, ketika melihat, mendengar, dan membaca bahwa engkau sedang berduka. Hanya airmata yang dapat membantu menyampaikan perasaan yang tak mampu aku ungkapkan. Jika boleh ku buat daftar 10 orang yang kusayangi di dunia ini, engkaulah yang menempati urutan pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Tak ada gantinya sama sekali.

Maafkanlah semua kata-kata kasarku selama ini. Karena dibalik semua itu, terdapat banyak kata-kata sayang dan rindu, yang tak tahu bagaimana caranya mendarat di hatimu. Maafkanlah semua acuh dan tak peduliku selama ini. Karena dibalik semua itu, semua tujuan dari apa yang ku lakukan hanyalah untukmu, menarik perhatianmu, membuatmu bangga padaku.

Bersabarlah untukku, bersabarlah untuk menungguku, menungguku yang masih banyak tidak mengerti, banyak tidak memahami, untuk senantiasa belajar, belajar dan belajar. Agar kelak dapat menjadi seseorang, yang dapat membuatmu bangga, membuatmu gembira, membuatmu merasa harapan itu ada, dan merasa perjuanganmu tidak sia-sia.

Percayalah bahwa aku tidak akan menyerah. Tidak akan berhenti sebelum sampai di akhir nanti. Percayalah bahwa aku akan menepati janji, aku tidak akan mengingkari. Karena bahagia itu pantas dan memang buatmu.

Berdoalah,, karena hanya dengan doadan restumu, usaha dan perjuanganku akan berjalan mulus sebagaimana mestinya. Berdoalah, berdoalah, berdoalah untukku, yang mencintaimu.


10.32 p.m.
let me be the one to catch your tears, and replace it with your lovely smile. :)

Kamis, 13 Oktober 2011

Cinta Tak Pernah Sempurna

Kau menginginkan wanita cantik yang sempurna. Yang bisa membuatmu bangga berada disampingnya. Aku menginginkan lelaki tampan yang sempurna. Yang tak pernah buatku bosan berada disampingnya

Tapi tak ada manusia yang terlahir sempurna. Sebab dunia diciptakan dengan sejuta warna

Aku memang bukan orang yang sempurna buatmu.Dan kaupun bukan lelaki yang slama ini ku damba. Tapi cinta yang ada akan meneguhkan langkah kita.Dan yakinkanlah hatimu bahwa akulah wanita yang tepat.

Kamu memang tak selalu menyenangkan hatiku. Dan akupun bukan wanita yang selalu kau puja. Tapi percaya yang kita punya menjaga cinta kita, dan kan ku yakinkan hatiku bahwa kaluah lelaki yang tepat

12.36 a.m. - July 19, 09
karena yang terbaik adalah yang kita miliki saat ini
:)

Terlalu Indah

Masih saja tentang cinta dan perasaan bersalah yang ada karenanya. kepadamu, yang dulu pernah mengisi hari-hariku.

Sudah terlalu jauh memang jalan yang kita kira dulu sama, ada untuk kita lalui berdua. aku telah memilih jalanku, dan kaupun pergi memilih jalanmu sendiri, mengejar cita-cita yang selalu kau tanamkan dalam hati dan pikiran.

Maafkanlah aku atas segala sakit hati, kecewa dan kesedihan yang telah kutorehkan padamu. sungguh, bukan itu maksudku. Hanya saja dalam hidup selalu saja ada pilihan, dan aku pun telah memilih. Baik atau buruk keputusanku ini tolong maafkan dan doakan aku, semoga inilah yang terbaik. Karena tak akan pernah kita temukan yang terbaik, apabila bukan kita yang membuat hal yang kita miliki menjadi yang terbaik.

Apabila ada perasaan sakit yang terasa di hatimu, karena mengingat ataupun (mungkin) melihatku, mohon tanamkan dalam hati, bahwa kamu beruntung tidak bersamaku. Karena itu berarti, aku tidak cukup baik bagimu, dan akan ada orang lain yang jauh lebih baik, yang menunggu untuk dipertemukan denganmu.

Aku tahu, mungkin kamu tidak lagi membaca seluruh tulisan-tulisanku. namun aku hanya berharap suatu saat nanti, kamu iseng menengok kembali ke jendela ini, kamu akan menemukan tulisan ini Bahwa tak ada satupun niatku untuk menyakitimu. Kamu hanya, terlalu indah.

Senin, 18 Juli 2011

Surat Cinta Kecil darimu yang Tercinta :)


p**** fara* ***dida adalah seorang mahasiswa di BDP FPIK undip angkkatan 2008.dia bukan orang spesial, dia hanya wanita biasa saat pertama bertemu.but she has a secret talent. dia luar biasa dengan keberaniannya dan kemauannya yg keras.hingga beberapa orang sangat kagum pada dia.she is a lovable person.sangat peduli dengan teman2nya.dia adalah teman yang benar-benar teman. berteman untuk kebenaran tentunya. dan dia juga termasuk teman saat aku mulai berani membuka diri. bertemu didunia maya yang tak sengaja. sangat menyenangkan menjadi temannya,dia memotivasi, menyemangati dan tak pernah merendahkan bahkan menghina, hingga aku merasa berubah karna dia. di dunia maya yang sangat menyenangkan untuk seorang can*** a**** *****sunu yang notabenenya sebagai orang pendiam dan tertutup,dia berhasil membuka ketertutupanku. membuat aku sangat nyaman. hingga tak terasa aku jatuh cinta. cinta yang tak ada maksudnya, tak ada asal mulanya dan tak ada tujuannya. dan dia berhasil mengalihkan duniaku. dia bisa membawaku melihat bahwa dunia ini masih luas. memberi kenyamanan disetiap inginku dan aku kencanduan dia. hingga tak tersadar dia sudah menggantikan tempat dihatiku. dan sekarang dia adalah pacar aku, sangat perhatian, sangat baik, mau menerima aku apa adanya, menerima berbagai kekuranganku, menjadi motivasiku, menjadi inginku dan cintaku. akupun merasakan kamu sayang aku, sangat sayang, total buat aku, aku ngerasain itu. taukah kamu bahwa kamu adalah nafasku, aku tak bisa tanpa kamu. dan taukah kamu, tidak ada orang lain yang lbih mengerti aku, kecuali kamu. aku sayang bgd sm km. tetaplah jd yg no1 dihatiku, aku sayang kamu. :)

canihe_sunu
4 Juli 2011
00.10 WIB

Jumat, 15 Juli 2011

Tuhan, Aku Hanya Jatuh Cinta


Jika saja jatuh cinta bisa memilih, maka akan ku pilih jatuh cinta dengan lebih sederhana. Tanpa ada rasa disakiti, maupun menyakiti. Akan kupilih cinta yang telah ada tersedia begitu saja. Tanpa harus mengemis rasa, atau jatuh bangun mendapatkannya, atau bahkan menjadi gila hanya karenanya. Tapi ternyata bukanlah jatuh cinta, jika tidak menjadi gila. Bukanlah jatuh cinta jika tidak berusaha mendapatkannya.


Maka ijinkanlah aku meminta maaf pada banyak hati yang telah tersakiti karena aku jatuh cinta. Ijinkanlah aku meminta maaf pada banyak jiwa yang terluka karena aku jatuh cinta. Hanya karena aku jatuh cinta. Ya, jatuh cinta pada seseorang yang tak ku tahu benar atau tidak, pada seseorang yang tak ku tahu tepat atau tidak.

Sebelum kalian menghujatku, atau sekedar berspekulasi tak tentu di belakangku. Tolong dengarkan terlebih dahulu penjelasanku. Entah akan berguna atau tidak. Entah berpengaruh atau tidak.

Ya. Aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada sahabatku sendiri. Seseorang yang tak ku sangka sama sekali. Seseorang yang bahkan tak pernah ku pinta untuk menjadi seseorang yagn ku cintai. Tetapi ternyata memang benar, tidak ada persahabatan abadi antara perempuan dan laki-laki. dan begitulah yag terjadi pada kami berdua. Awalnya kami hanya berteman seperti biasa, saling bertukar cerita dan curahan hati, hingga akhirnya kami menyadari bahwa kami saling jatuh cinta. Tidaklah salah bukan? :)

Yang membuatnya menjadi salah adalah, sahabatku ini, seperti yang kalian tahu, tidaklah sendiri. He's in a relationship. (Bahkan ada yang menempelkan stempel di tubuhmu sebagai pemilikya. Seolah kamu tak bisa kupegang, kurasa, kucinta karena sudah ada yang punya ~ Fira Basuki.) Sehingga segalanya yang berhubungan dengan jatuh cinta ini menjadi salah. Aku jatuh cinta pada orang yang salah. Tapi pertanyaannya, salahkah kita apabila jatuh cinta?

Aku cukup mengerti, dan cukup tahu diri bahwa ini salah. Begitupula dia. Kami berusaha untuk tidak membiarkan ini semua berlarut-larut. Sungguh, kami sudah berusaha. Tetapi, entah mengapa semua perasaan itu, justru semakin berkembang. Berawal dari nyaman, berkembang menjadi peduli, lalu sayang, kemudian rindu, hingga menjadi cinta, lalu mulai di bumbui cemburu.

Cinta ini sederhana saja, hanya ingin melihat dia bahagia. Demikian pula ia, hanya ingin melihatku bahagia. Maka aku selalu mendukungnya untuk terus mencintai pasangannya seperti dulu-dulu. Dan dia selalu mendukungku untuk menemukan yang baru, menemukan orang lain yang lebih baik dan lebih "legal" untuk dimiliki. Hingga akhirnya aku pun berusaha untuk belajar mencintai seseorang yang lain. Seseorang yang luar biasa baiknya, banyak kelebihannya, sehingga aku berusaha menanamkan dalam pikiranku kalimat "apa yang kurang dari dia?"

Tapi ternyata, tidak semudah kelihatannya. Perasaanku tak juga berubah, dan seseorang tersebut memintaku untuk segera memberikan jawaban, sedangkan aku belum bisa memberikan hatiku padanya, dan aku pun tidak ingin membuatnya menunggu hal yang tak pasti dariku. Maka kisahku dengannya pun tutup buku.

Ternyata cinta membuat sengsara. Itu yang kurasa saat itu. Selama ini aku berharap pada Tuhan agar diberi kesempatan untuk jatuh cinta, bukan belajar mencintai. Tetapi ketika Tuhan mengijinkannya, aku jatuh cinta pada seseorang yang tak dapat ku miliki. Tapi aku percaya, Tuhan pasti punya rencana.

Aku tahu bahwa cintaku dengan sahabatku ini tidak akan berjalan dengan semestinya. Tapi aku dan dia pun tak dapat memungkiri bahwa semakin hari cinta itu semakin nyata dan semakin menjadi tidak sederhana. Ya. Kami ingin memiliki, kami ingin diakui. Hingga akhirnya perlahan-lahan keputusan mulai kami ambil. Satu per satu. Dia berpisah. Kami berpisah. tidak lama memang. Karena cinta dan rindu mempertemukan kami kembali. Hingga sekarang.

Mungkin aku memang orang yang jahat, yang menyakiti banyak hati manusia. Tapi seadainya saja kalian tahu bahwa tak ada satupun niat untuk menyakiti kalian semua. Aku hanya jatuh cinta. dan aku tidak tahu harus menyalahkan siapa atas perasaan yang tidak ku minta ini. Aku tidak bermaksud berrahasia. Aku hanya terlalu takut mengahdapi kenyataan ketika kalian tahu nanti, karena akan menyakitkan kalian. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu, hatinya, hatinya, hatinya, dan hatinya. Semoga kalian mengerti.


kepadamu,
terimakasih telah memberi kesempatan untuk mengenalmu.
Kamu pantas mendapatkan yang jauh lebih baik.
berbahagialah:)

Jumat, 15 April 2011

Saya Hanya Ingin Diakui

saya takut menjadi gila...
saya takut menjadi hilang akal lalu kendali..
saya takut tidak bisa apa-apa...
karna tak ada seorang pun yang mengakui..

saya takut orang menyangka saya tidak waras..
padahal saya lebih dari waras...
paling tidak untuk mengakui bahwa saya agak tidak waras..
karena ketakutan orang lupa bahwa saya waras..

jangan tanya saya mengapa..
karna tak akan pernah ada jawabnya..
jika kalian saja tidak tahu, bagaimana pula dengan diriku,
jika kalian bisa bertanya semudah itu,..
seandainya saja saya bisa menjawab semudah itu pula..


Sebelumnya, mari kita tanyakan pada diri kita sendiri. Siapakah kita dalam lingkungan? Apakah kita adalah orang biasa dengan kepandaian yang luar biasa, orang yang biasa dengan kebaikan hati yang luar biasa, orang biasa namun selalu dirindukan kehadirannya, orang biasa yang akan selalu paling menonjol dari semua, orang biasa yang akan sama saja ada maupun tiada, atau orang biasa dengan segala yang biasa - biasa saja.

Beruntunglah anda jika anda adalah orang yang dicintai oleh lingkungan. Betapa kehadiran anda akan selalu berarti, betapa ketidakhadiran anda akan membuat suasana akan terasa kurang. atau paling tidak, ketika anda bicara maka orang akan berhenti bicara pula dan mendengarkan anda.

Namun, bagaimana jika tidak? bagaimana jika anda adalah orang yang tersisih di dalam lingkungan anda? bagaimana jika ada atau tiadanya anda tak kan begitu berpengaruh dalam lingkungan? bagaimana jika anda bicara hingga berbuihpun , tidak ada satupun yang memperhatikan apalagi mendengarkan? dan semua itu bukanlah sesuatu yang anda inginkan. tapi terjadi karena ketidakmampuan anda sendiri.

Mari lihat ke diri kita sendiri, sudah cukup baikkah kita, sudah cukup memberi manfaatkah kita, sudah cukup haluskah perkataan dan perilaku kita, sudah cukupkah kita menghargai sesama, sudah cukup kah kita membentuk pribadi kita menjadi pribadi yang bisa diterima, diakui dan disukai lingkungan?

Tidak juga menemukan jawabannya? tanyakanlah pada sahabat anda... tanyakanlah pada keluarga anda... tanyakanlah pada orang terdekat anda..
:)

Kamis, 10 Maret 2011

Cinta dalam Puisi

Saya suka membaca cerita-cerita fiksi. Baik itu berbentuk novel, roman, ataupun cerpen. Cerita cinta adalah cerita yang paling umum dan paling banyak diminati masyarakat dari pelbagai usia, dan cerita cinta jaman SMA yang biasanya paling membekas di hati. Karena kebanyakan pada saat SMA itulah cinta pertama muncul, pengalaman pertama pacaran dan sebagainya. Oleh sebab itu saya mencoba membuat suatu cerita pendek tentang cinta remaja jaman SMA. Kelemahan saya selama ini dalam membuat cerita adalah, tidak pernah selesai hinggga ending. Selalu saja putus di tengah, mengambang. Maka maafkanlah saya jika ending dari cerita ini akan lama, entah kapan bisa mengakhirinya. Semoga berkenan. Selamat membaca. Mohon komentarnya. :)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku melangkah ke depan kelas, memandang berkeliling dan mendapati semua mata teman-teman sekelasku memandangku antusias. Hanya sepasang mata yang tak tertuju padaku, dan lebih memilih memandang entah apa di atas mejanya, Sama seperti yang sudah lalu. Aku menarik nafas dalam dan menghelanya perlahan. Lalu ku mulai bacakan puisi:

Aku memendam gelisah ini berhari-hari

Memendamnya dalam kepahitan

Menguburnya dengan senyum penuh kepalsuan

Aku memendam gelisah ini berminggu-minggu

Membuatmu bertanya

Apakah gerangan yang telah terjadi padaku

Aku memendam gelisah ini berbulan – bulan

Membuatmu gerah dan bosan

Lalu kau menyerah dan pergi berpaling

Aku memendam gelisah ini bertahun – tahun

Membuatku gila dan sadarku hilang

Karna letih menunggumu kembali pulang

Tepuk tangan seisi kelas mengakhiri puisiku. Aku tersenyum tersipu sambil membungkukkan badan dan mengucap terima kasih. Saat kembali ke tempat dudukku, sekilas ku lirik seseorang yang duduk di kursi pojok, seseorang yang sepasang matanya tak mau melihat ke arahku saat di depan tadi, dan kinipun reaksi yang sama ia tunjukkan seakan tak peduli dengan riuh gemuruh tepuk tangan dari teman-teman sekelas.

Aku tidak gila tepuk tangan. Aku juga bukan banci tampil yang gila perhatian. Aku hanya ingin tahu, apakah ada yang salah denganku, ataukah ada sesuatu dariku yang membuatnya benci. Aku hanya ingin tahu, mungkinkah dia tidak suka dengan puisi-puisiku, atau tidak suka dengan caraku membacakan puisi. Tapi saat aku menyanyi di depan kelaspun dia tak mau melihatku. Seburuk-buruknya suaraku, paling tidak teman-teman yang lain masih ada yang mau mendengarkan.

“Terima kasih Vidya. Terus asah lagi kemampuanmu.”, suara Bu Muti membuyarkan lamunanku. Aku hanya tersenyum simpul dan mengangguk.

* * *

Aku senang menjadi bintang sekolah. Selalu menjadi pusat perhatian. Aku menikmati menjadi pusat perhatian banyak orang. Rasanya seperti semua orang menyayangimu. Atau mungkin sekaligus bisa saja membencimu. Tapi aku suka melakoninya. Sebenarnya aku tidak pernah meminta untuk menjadi bintang sekolah. Aku hanya melakukan apa yang ku suka, dan mengejar apa yang aku inginkan. Aku suka belajar , aku suka puisi, aku suka menyanyi, aku suka teater. Namaku selalu ada dalam daftar jika ada acara atau lomba-lomba yang berkaitan dengan bidang-bidang tersebut. Dari situlah predikat bintang sekolah melekat di bahuku. Sejajar dengan bintang sekolah lain dalam bidang olahraga, pidato, debat, tari, cheerladers, band, dan lain-lain.

Tapi ada satu yang mengganjal hatiku. Setiap orang selalu bilang bahwa mereka senang berteman denganku. Kata mereka aku cantik, ramah, berbakat, dan cerdas. Tanpa ada niat untuk sombong, aku senang dengan pujian-pujian itu. Hampir tidak ada yang membenciku. Hanya satu orang yang tidak mau berteman denganku. Orang yang sama yang tidak mau melihat aku saat aku tampil di depan.

Dewandaru Agung Pratama… laki-laki tinggi berkacamata yang pendiam. Sosok yang hanya menjadi pendengar dalam gerombolan teman-temannya. Kadang menimpali sedikit jika perlu. Selebihnya hanya mendengar dan memberi reaksi saat harus tertawa atau tersenyum. Dia bukan laki-laki yang selalu mengikuti tren baju terkini. Dia biasa saja, dia hanya pintar, itu menurut teman-temanku. Tapi menurutku dia manis, dan punya kepribadian yang unik. Aku ingin mengenalnya lebih jauh, tapi reaksi negatifnya terhadapku membuatku tak punya nyali untuk berkawan dengannya.

Aku menghela nafas. “hhuft.. ya sudahlah..” ujarku. “ha? Apanya yang sudah vid?” tanya Dani teman sebangkuku mengagetkan. “ah, bukan apa-apa kok.” Jawabku gelagapan. “Melamun terus dari tadi, itu catatan sudah tiga kali papan tulis tapi belum ada satupun yang kamu tulis.” ujar Dani. Aku kaget, ternyata aku melamun cukup lama. Sambil tersenyum nakal aku berkata, “Tenang saja, aku masih bisa pinjam catatanmu kan, Dan.” Yang diajak bicara hanya bisa melengos, “Dasar. Sudah kuduga…”

* * *

“Vid, lagi dimana kamu? Teman-teman sudah datang semua.” ujar Mas Agus dari seberang telepon. “Iya, mas. Ini aku baru sampai di pintu gerbang, padahal sudah lari-lari segala. Tadi mampir ke toko dulu, beli peralatan buat dekor.” Jawabku sedikit terengah-engah.”ya sudah, cepat ke aula. Ditunggu.”

Hari ini benar-benar hari yang sibuk. Besok adalah hari pementasan drama dari teater sekolah. Kebetulan aku yang didaulat menjadi ketua panitianya. Tak ayal, aku dibuat kalang kabut karenanya. Satu hari sebelum hari H, aku harus memeriksa keadaan dekorasi, kostum, make up, konsumsi, tiket, dan lain-lain. Belum lagi aku juga harus gladi bersih, karena aku juga turut ambil bagian dalam pentas drama ini, meskipun hanya menjadi bagian hiburan di awal pentas.

“Nah, akhirnya datang juga kamu. Ayo cepat, tinggal kamu yang belum gladi bersih. Lagian, kamu itu ketua panitia, masa kamu juga yang beli peralatan dekor? Mana seksi perlengkapan kamu?” semprot Mas Agus, setibanya aku di aula.

Segera aku berlari kecil ke atas panggung, menemui Yudha yang sudah siap disana. “Tarik nafas dulu. Baru latihan.“ bisik Yudha bijak. Aku tersenyum, mengatur nafasku pelan-pelan, lalu bersiap.

Petikkan gitar Yudha mengalun pelan, kurasakan iramanya, sambil mengira-ira kapan saat yang tepat aku akan masuk mulai membacakan puisi. Tiba-tiba, mataku menangkap seseorang yang berdiri bersandar di pintu aula, menyilangkan tangannya di dada, memandang lurus ke panggung, tepat dimana aku berdiri. Aku terpaku dan tercekat. Suaraku tersendat di tenggorokan. Suara gitar masih mengalun dan Yudhapun sudah berdehem pelan di sebelah, tandanya bahwa aku sudah harus masuk dalam irama untuk membacakan puisi. Tapi suaraku masih di ambang tenggorokan, menolak untuk keluar karena pemandangan di hadapanku. Sesorang yang tengah melihat ke arahku, yang ku tahu untuk pertama kalinya, tidak sama dengan yang sudah – sudah, karena dia ada disana melihatku.

Sebuah kekuatan baru menyelimutiku, suaraku pun berhasil keluar dari tenggorokan, maka ku mulai dengan kalimat pertama dalam puisiku, pandanglah aku seindah itu…

* * *

Usai gladi bersih dan sedikit briefing, aku bergegas untuk pulang. Sampai di depan pintu aula, Dewa sudah tidak ada disana. Kecewa, aku pun pulang dengan langkah gontai. Sambil menunggu angkot, aku membeli minum di warung kecil dekat sekolah. Tak jauh dari warung itu, aku melihat Dewa sedang duduk di kios tukang tambal ban.

“Dewa?” kataku spontan dan sedikit kaget mendengar suaraku sendiri. Si empunya nama pun menoleh, tersenyum singkat dan menjawab pelan “hei..”

Aku gelagapan, tidak siap, karena memang tidak berencana memanggil. Karena terlanjur, segera ku bayar minumanku dan menghampirinya.

“Bannya bocor?” tanyaku bodoh. Sambil dalam hati merutuki pertanyaan bodohku itu. “Iya, kena paku.” jawab Dewa. “ooh…” cuma itu yang keluar dari mulutku. Hening sejenak. Lalu dengan nekat aku bertanya, “Aku tadi lihat kamu di aula, menonton gladi bersih. Tumben?” Tanpa melihat ke arahku Dewa menjawab, “Kebetulan saja. Daripada bosan menunggu ban selesai di tambal. Tadi antri banyak banget. Jadinya aku jalan-jalan ke sekolah. Waktu lewat aula, aku lihat kamu sedang dipanggung. Iseng saja ingin lihat.” Aku terkesima dan tak bisa mengeluarkan kata apa-apa. Itu adalah kalimat-kalimat terpanjang yang pernah aku dengar dari mulutnya.

Melihatku terdiam terkesima seperti itu Dewa pun heran dan bertanya, “Kenapa?” “eh,,oh, emm.. tidak kenapa-kenapa kok. Aku kira kamu tidak suka puisi dan sebagainya.” Jawabku. “Tidak juga. Kadang-kadang aku juga suka baca Kahlil Gibran atau Rabindanath Tagore.” kata Dewa sambil terus memperhatikan tukang tambal ban menyelesaikan pekerjaannya. Kalau begitu, dia pasti tidak suka padaku, kataku dalam hati. Dadaku tiba-tiba agak sesak menerima kenyataan itu. Tapi sudahlah, aku juga tidak bisa memaksa dia untuk menyukai aku.

“Aku pulang dulu ya” kataku sambil melangkahkan kaki untuk pulang tanpa menoleh ke arah Dewa. Tiba-tiba, tanganku ditarik olehnya, aku menoleh, tanpa memalingkan muka dari motornya dia berkata, “Aku antar. Sudah mau maghrib. Bahaya.” Aku memandangnya lekat-lekat tak percaya, tak tahu harus menjawab apa. Dia menoleh kepadaku dengan tampang heran, “Kenapa? Takut aku culik?” “oh, eh, ah, kamu ini jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tahu kok kamu tidak akan menculikku.” Jawabku dengan muka memerah karena malu.

Sepuluh menit kemudian aku sudah duduk di jok belakang motor Dewa, dan kami pun melaju membelah jalanan maghrib menuju rumahku. Sepanjang perjalanan kami hanya diam, tak sepatah katapun terlontar dari bibirnya juga bibirku. Kikuk memang terus-terusan diam seperti itu, tapi aku terlalu gengsi untuk memulai pembicaraan. Dia bahkan tidak menanyakan alamat rumahku. Yang aku tahu setengah jam kemudian kami sudah berhenti di halaman depan rumahku.

Sambil turun dari motor aku menawarkan, “Mampir?” agak berbasa-basi untuk menjaga kesopanan. “Boleh..” jawab Dewa sambil melepas helmnya. Aku terkesiap dengan jawabannya, aku pikir dia akan menolak. Dewa menatapku, “Kenapa? Aku hanya ingin numpang sholat. Kalau aku pulang sekarang, sampai rumah sudah isya. Boleh tidak?” Gelagapan aku menjawab, “eh, boleh kok boleh… Silakan… Silakan… Tidak usah malu-malu.” sambil menunjukkan jalan masuk ke rumahku.

- B E R S A M B U N G -